Já está no fimO tempo da igreja aqui na terraA bíblia diz são muitos os sinaisSe esfriou o amor que antes perdoavaA um clamor, o Espírito Santo diz SantificaiJá esta no fimÉ cumprimento da promessaJesus já vemA igreja vem buscarOs quatro cantos da terraFiéis aguardam o momento em que a trombeta soaráO Espírito Santo dizPrerara-te, desperta, oh IsraelPara encontrares com o teu DeusO teu lar te espera lá no céuO inimigo quer roubar o que é teuPrepara-te, desperta, oh IsraelPara encontrares com o teu DeusO teu lar te espera lá no céuO inimigo quer roubar o que é teuSantificai, santificaiNão renuncio o teu senhorRejeita o mundoSantificai, santificaiNão negocio o teu valorSantificai
Padahalaman ini, kami mempunyai informasi tentang kyai sakti jawa timur yang bisa Anda baca. Anda juga bisa membaca kumpulan artikel lainnya seperti kyai sakti jawa timur yang Anda baca saat ini. Bila ingin menjadikan artikel kyai sakti jawa timur sebagai bahan kliping atau makalah, di sini anda bisa mendownloadnya secara gratis. kyai saktiWakapolresKebumen, Kompol Edi Wibowo menggelar pers rilis kasus penipuan 'Kyai Sakti', Rabu (15/9/2021). TRIBUNJATENG.COM, KEBUMEN - Seorang kiai sakti gadungan berinisial SP (30) diamankan Kepolisian Resor Kabumen, Jawa Tengah karena diduga melakukan aksi penipuan. Tersangka warga Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Banyumas ini ditangkap
Paróquia Santíssimo Sacramento - de interesse • Obras arquitetônicas • Locais religiosos • Igrejas e catedraisO que as pessoas estão dizendoExcursões e experiênciasExplore diferentes maneiras de conhecer este maneiras de aproveitar Paróquia Santíssimo Sacramento e atrações por pertoabr de 2023 • AmigosEssa igreja é fantástica. A estrutura em si é uma catequese. No teto tem a Ladainha de Nossa Senhora, na parede as 4 virtudes cardeais, e possui vitrais dos sacramentos, bem aventuranças e da vida de Jesus. A Pia Batismal é especialmente incrível. Recomendo demais a em 9 de junho de 2023Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2022Arquitetura muito bonita, me lembra as Igrejas Europeias, mas ao redor não vi muita coisa para em 9 de julho de 2022Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as contribuiçõesout de 2021Igreja de arquitetura belíssima. A iluminação noturna torna-a ainda mais bonita. Vale a pena a parada para em 16 de junho de 2022Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as SFlorianópolis, SC121 contribuiçõesmar de 2022Linda igreja com vitrais maravilhosos e ainda tem uma praça na frente, lugar perfeito para meditar sobre o que estamos fazendo das nossas em 12 de março de 2022Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2022a igreja é belissima por fora e por dentro. a noite fica toda iluminada. a praça também é muito bonita. vale a pena visitar e tirar belas em 6 de março de 2022Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2022Lugar é muito bonito, recomendo ir de dia pois a luz do sol reflete de fora para dentro e dá cor aos vitrais da igrejaFeita em 26 de fevereiro de 2022Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2022Igreja muito ampla e de uma beleza interna e externa fantastica. Pinturas nos tetos e vitrais muito bonitos e de bom em 13 de fevereiro de 2022Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2021Não descarte uma visita ao passar por Itajaí. Seja para apreciar a arquitetura ou mesmo para um momento de fé e reflexão o local encanta!!Feita em 17 de outubro de 2021Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2021Foi por coincidência que passamos em frente à paróquia, mas, resolvemos voltar no dia seguinte e conferir de perto a igreja. É uma verdadeira obra de arte. Recomendo a todos conhecer esse lugar em 16 de outubro de 2021Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2021Igreja muito bonita localizada bem no centro da cidade de fronte a uma praça agradável para passear, além de alguns pontos de comercio nas proximidades. O interior da igreja te convida para uma reflexão e agradecimentos pela saúde desfrutada principalmente por estar con seguindo enfrentar este período de pandemia. A noite ela merece um destaque todo especial pela iluminação direcionada .Feita em 21 de maio de 2021Esta avaliação representa a opinião subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e não da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as 1–10 de 600 resultados
kyaisakti di jawa timur kh moh maroef ILMU KEBAL ANEKA SENJATA. April 7 Silahkan cari masjid yang paling tua di daerah Anda. Misalnya di masjid Saka Tunggal, Masjid ini terletak ± 30 km dari kota purwokerto. Masjid Tua Wapauwe di Maluku, Masjid Ampel di Surabaya, Masjid Agung Demak, Masjid Agung kasepuhan Cirebon, Masjid Sultan Suriansyah Siapa yang tidak mengenal Gus Mik? Di Jawa Timur khususnya, namanya begitu melegenda karena memiliki banyak kekhususan. Ia berdakwah dengan cara yang nyentrik dan dikenal di kalangan NU sebagai seorang kyai yang memiliki segudang ”kesaktian” alias Karomah. Gus Mik dianggap oleh banyak orang memiliki kemampuan supranatural. Banyak kesaktian ditempelkan pada reputasinya. Banyak orang yang rela antre berlama-lama untuk bisa bertemu dengan Gus Mik dengan berbagai pamrih ingin banyak rezeki, mau naik pangkat, menyembuhkan penyakit, sampai hajat untuk memperoleh nama untuk bayi yang baru lahir. Semuanya—dipercaya oleh para pengagumnya—bisa dibantu oleh Gus Mik. Kemampuan supranatural itu, dalam istilah eskatologi pesantren, dinamakan khariqul `adah. Kalangan awam memandang kemampuan semacam itu sebagai suatu keanehan. Namun, di mata Gus Dur, kenyentrikan Gus Mik terletak pada kearifannya yang telah menembus batasan agama. Melalui transendensi keimanannya, ia tidak lagi melihat kesalahan pada keyakinan orang beragama atau berkepercayaan lain. Contohnya, Gus Mik bersikap membimbing kepada Ayu Wedhayanti, seorang Hindu yang kini telah berpindah hati ke Islam, seperti yang dilakukannya terhadap Machica Mochtar, penyanyi asal Ujungpandang yang muslim. Kenyentrikan lain kiai yang memiliki citra rasa terhadap berbagai macam kopi itu telah menembus rambu-rambu baik dan buruk di mata kebanyakan manusia. Gus Mik, karena itu, tidak segan melepas jubah kekiaiannya dan bercengkerama dengan para penikmat hiburan malam di diskotek, klub malam, bar, dan coffee shop. Ibarat kata, di mata Gus Mik, seorang bajingan dan seorang suci adalah sama manusia. Dan manusia memiliki potensi untuk memperbaiki diri. “Kerinduannya kepada realisasi potensi kebaikan pada diri manusia inilah yang menurut saya menjadikan Gus Mik supranatural,” kata Gus Dur dalam buku Gus Dur Menjawab Tantangan Zaman, terbitan Kompas, Jakarta, 1999. NU Nahdlatul Ulama adalah gudang kiai berperilaku eksentrik. Istilah populer untuk eksentrisitas di kalangan pesantren adalah khariqul `adah, sebuah kata dari bahasa Arab yang berarti “di luar kebiasaan”. Abdurrahman Wahid, bekas Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, memakai istilah khariqul `adah untuk dua pengertian yang substantif dan yang permukaan kulit. Gus Dur, begitu panggilan akrab kiai yang kini menjadi mantan presiden itu, pernah memakai istilah tadi untuk menggambarkan kenyentrikan almarhum Gus Mik Kiai Hamim Jazuli, seorang ulama masyhur dari Pesantren Alfalah Ploso, Kediri. Kiai-kiai yang nyentrik dengan dua pengertian itu memang bertebaran di NU, sebuah organisasi keagamaan yang berbasis kultural di pesantren tradisional. Tapi, tak pelak, cerita yang harum beredar di masyarakat adalah kenyentrikan yang bersifat permukaan. Bisa jadi karena hal permukaan itu yang memang mudah dilihat dan karenanya menjadi cerita eksotis bagi orang kebanyakan. Cerita-cerita supranatural itu banyak beredar dari mulut ke mulut, sementara kearifan para kiai nyentrik kurang memperoleh catatan yang memadai. Bisa jadi karena tradisi penulisan sejarah kurang memberikan pendekatan dari segi substansi. Atau, bisa jadi karena para kiai nyentrik itu cenderung hidup di luar pagar resmi organisasi. Para kiai yang mengundang pesona eksotisme itu hadir sejak awal sejarah NU hingga kini. Muhammad Kholil 1835-1925, pendiri pesantren yang kini bernama Syaikhona I di Desa Kademangan, Bangkalan, misalnya. Kiai yang dianggap moyang para kiai supanatural itu memiliki kisah mistis-simbolis berkaitan dengan sejarah pembentukan NU. Guru para kiai besar di Jawa itulah yang menjadi penginspirasi pembentukan NU lewat isyarat penyerahan sebatang tongkat pada 1924, dan sebuah tasbih setahun kemudian, yang dikirim lewat Kiai As’ad Syamsul Arifin, pendiri Pesantren Asembagus, Situbondo, kepada Hasyim Asy’ari, murid Kiai Kholil yang kemudian terkenal sebagai pendiri NU. Kenyentrikan Kiai Kholil tampak sejak muda. Ketika belajar di Pesantren Langitan. Tuban, Kholil pernah membuat terpana Kiai Muhammad Noer, gurunya. Suatu hari Kholil ikut salat berjamaah yang diimami Kiai Noer. Di tengah salat, Kholil tertawa terbahak-bahak—sesuatu yang bisa membatalkan salat. Usai salat, Kiai Noer menanyakan alasan Kholil tertawa. “Maaf, kiai. Ketika salat tadi, saya melihat kiai sedang mengaduk-aduk nasi di bakul. Karena itu saya tertawa,” kata Kholil seperti ditulis dalam buku Biografi dan Karomah Kiai Kholil Bangkalan terbitan Pustaka Ciganjur, 1999. Santri muda itu tampaknya bisa membaca pikiran orang. Seperti yang diakui Kiai Noer, memang ketika salat, dia yang sedang lapar membayangkan terus nasi di benaknya. Abdul Wahab Abdullah 1888-1971, murid Kiai Kholil yang kemudian menjadi pengasuh Pesantren Tambakberas, Jombang, juga ketularan kelebihan gurunya. Salah seorang pendiri NU itu mempunyai andil dalam pencarian nama NU. Caranya pun lewat jalan spiritual. Konon, sebelum penentuan pilihan dari sejumlah nama, Kiai Wahab melakukan istikharah, salat untuk menentukan pilihan. Dalam suatu penglihatan mata batin, Kiai Wahab bertemu Sunan Ampel, seorang wali Jawa Timur, yang memberi blangkon dan sapu bulu ayam bergagang panjang. Tak jelas apa arti simbol itu. Tapi, menurut Hasib Wahab, anaknya, dalam penglihatan itulah Kiai Wahab memperoleh keputusan untuk menamakan organisasi kaum ulama tradisional itu dengan nama NU. Kiai Wahab, yang sewaktu muda dijuluki macan oleh Kiai Kholil, Bangkalan, itu dalam sejarahnya selain jago berdebat politik juga dikenal sebagai pendekar silat. Ada cerita, suatu waktu di Desa Tambakberas berlangsung pertandingan pencak silat. Semua jago silat di Jawa Timur konon turun gelanggang. Salah satu jagoannya, Djojo Rebo, dikenal kebal. Ketika hampir semua pendekar takluk, Djojo Rebo melihat kehadiran Kiai Wahab hanya sebagai penonton. Padahal, Gus Dul, begitu panggilan akrab Kiai Wahab, dikenal jago silat. Djojo Rebo pun menantangnya. “Gus Dul, ayo turun kemari. Keluarkan seluruh ajimat yang kamu bawa dari Mekkah. Ayo kita bertarung,” kata Djojo Rebo. Kiai Wahab, yang baru saja pulang dari Tanah Suci untuk belajar agama, itu tak bisa menolak tantangan. Akhirnya Kiai Wahab turun juga. Tapi jurusnya unik ia hanya berdiri mematung dengan sorot mata memandang ke mata Djojo Rebo. Tiba-tiba tubuh Djojo Rebo terempas dan melayang bagai kapas hingga jatuh ke tanah. Kelebihan Gus Mik terasa lebih hidup karena masih banyak kesaksian segar yang bisa dikumpulkan, termasuk dari anak-anaknya. Gus Sabut Pranoto Projo menyimpan kisah tentang kemampuan pecah diri bi-lokasi Gus Mik. Ketika Kiai Romly, pendiri Pesantren Darul Ulum, Jombang, dan seorang mursyid tarekat meninggal dunia, keluarga Kiai Akhmad Jazuli, ayah Gus Mik, datang melayat. Menjelang berangkat, Gus Mik kecil menolak ajakan untuk melayat ke Jombang dan memilih tinggal di rumah. Tapi, setelah keluarga itu tiba di rumah duka, Gus Mik telah berada di tempat yang sama. Lebih mengherankan lagi, keluarga Kiai Romly menyaksikan bahwa Gus Mik telah menemani almarhum sejak seminggu sebelum Kiai Romly wafat. Kisah-kisah supranatural bertebaran di kalangan NU. Salah satu faktornya karena sebagian kiai nahdliyin menjalankan tradisi sufisme. Di lingkungan NU, seperti kata doktor sejarah dan kebudayan Andree Fellard dalam buku NU vis-à-vis Negara, para kiai yang tergabung dalam tarekat memiliki pengaruh yang paling kokoh terhadap masyarakat luas di pesantren ataupun di luar wilayah desanya. Pengaruh yang mereka dapatkan datang dari kepercayaan masyarakat terhadap bakat supranatural yang dimiliki kiai sebagai penyembuh, pengusir makhluk halus, dan sebagai penasihat rumah tangga. Ketersohoran kiai tarekat telah turut mengimbangi memudarnya otoritas ulama dan ahli fikih yang pernah berpindah ke tangan birokrasi. Kiai dengan kelebihan supranatural masih hadir hingga masa menjelang pergantian abad ke-21. Lora Kholil, 31 tahun, adalah kiai muda yang memiliki percikan khoriqul `adah di masa kini. Pamor lulusan Universitas Ainus Syams, Saudi Arabia, itu amat kondang di Situbondo. Bukan hanya karena pengaruh nama besar As’ad Syamsul `Arifin, ayahanda dan pendiri Pesantren Asembagus, Situbondo, tetapi dia sendiri memiliki aura kewibawaan. Berbadan ceking, selalu bersarung dengan surban putih, pengasuh Pesantren Walisongo, Situbondo, itu berhasil “menaklukkan” ribuan anak jalanan preman pada awal 1990-an. Ahmad Mustofa Bisri dari Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, memilih untuk tidak memiliki kelebihan supranatural dengan menekankan tasawuf pada aspek akhlak dan pengolahan interioritas batin. Toh, kekuatan supranatural bisa dipelajari setiap orang lihat juga Mukjizat, Mata Ketiga, dan Sains. Juga Habib Luthfi, seorang ulama tasawuf yang lebih suka menebarkan pesona musikal. Menyikapi kenyentrikan kiai, Gus Dur memberikan contoh terbaik mengagumi yang substansi daripada yang permukaan. KH. Hamim Tohari Djazuli atau akrab dengan panggilan Gus Miek lahir pada 17 Agustus 1940,beliau adalah putra KH. Jazuli Utsman seorang ulama sufi dan ahli tarikat pendiri pon-pes Al Falah mojo Kediri, Gus Miek salah-satu tokoh Nahdlatul Ulama NU dan pejuang Islam yang masyhur di tanah Jawa dan memiliki ikatan darah kuat dengan berbagai tokoh Islam ternama, khususnya di Jawa Timur. Maka wajar, jika Gus Miek dikatakan pejuang agama yang tangguh dan memiliki kemampuan yang terkadang sulit dijangkau akal. Selain menjadi pejuang Islam yang gigih, dan pengikut hukum agama yang setia dan patuh, Gus Miek memiliki spritualitas atau derajat kerohanian yang memperkaya sikap, taat, dan patuh terhadap Tuhan. Namun, Gus Miek tidak melupakan kepentingan manusia atau intraksi sosial hablum minallah wa hablum minannas. Hal itu dilakukan karena Gus Miek mempunyai hubungan dan pergaulan yang erat dengan alm KH. Hamid Pasuruan, dan KH. Achmad Siddiq, serta melalui keterikatannya pada ritual ”dzikrul ghafilin” pengingat mereka yang lupa. Gerakan-gerakan spritual Gus Miek inilah, telah menjadi budaya di kalangan Nahdliyin sebutan untuk warga NU, seperti melakukan ziarah ke makam-makam para wali yang ada di Jawa maupun di luar Jawa. Hal terpenting lain untuk diketahui juga bahwa amalan Gus Miek sangatlah sederhana dalam praktiknya. Juga sangat sederhana dalam menjanjikan apa yang hendak didapat oleh para pengamalnya, yakni berkumpul dengan para wali dan orang-orang saleh, baik di dunia maupun akhirat. SIAPA SESUNGGUHNYA GUS MIK? Gus Miek seorang hafizh penghapal Al-Quran. Karena, bagi Gus Miek, Al-Quran adalah tempat mengadukan segala permasalahan hidupnya yang tidak bisa dimengerti orang lain. Dengan mendengarkan dan membaca Al-Quran, Gus Miek merasakan ketenangan dan tampak dirinya berdialog dengan Tuhan, beliaupun membentuk sema’an alquran dan jama’ah Dzikrul Ghofilin. Gus Miek selain dikenal sebagai seorang ulama besar juga dikenal sebagai orang yang nyeleneh, beliau lebih menyukai da’wah di kerumunan orang yang melakukan maksiat seperti diskotik, club malam dibandingkan dengan menjadi seorang kyai yang tinggal di pesantren yang mengajarkan santrinya kitab kuning. hampir tiap malam beliau menyusuri jalan-jalan di Jawa Timur keluar masuk club malam, bahkan nimbrung dengan tukang becak, penjual kopi di pinggiran jalan hanya untuk memberikan sedikit pencerahan kepada mereka yang sedang dalam kegelapan. Ajaran-ajaran beliau yang terkenal adalah suluk jalan terabas atau dalam bahasa indonesia-nya pemikiran jalan pintas. Pernah diceritakan Suatu ketika Gus Miek pergi ke diskotik dan di sana bertemu dengan Pengunjung yang sedang asyik menenggak minuman keras, Gus Miek menghampiri mereka dan mengambil sebotol minuman keras lalu memasukkannya ke mulut Gus Miek salah satu dari mereka mengenali Gus Miek dan bertanya kepada Gus Miek. ”Gus kenapa sampeyan ikut Minum bersama kami ? sampeyankan tahu ini minuman keras yang diharamkan oleh Agama ?” lalu Gus Miek Menjawab “aku tidak meminumnya …..!! aku hanya membuang minuman itu kelaut…!” hal ini membuat mereka bertanya-tanya, padahal sudah jelas tadi Gus Miek meminum minuman keras tersebut. Diliputi rasa keanehan, Gus miek angkat bicara “sampeyan semua ga percaya kalo aku tidak meminumnya tapi membuangnya kelaut..?” lalu Gus Miek Membuka lebar Mulutnya dan mereka semua terperanjat kaget didalam Mulut Gus miek terlihat Laut yang bergelombang dan ternyata benar minuman keras tersebut dibuang kelaut. Dan Saat itu juga mereka diberi Hidayah Oleh Alloh SWt untuk bertaubat dan meninggalkan minum-minuman keras yang dilarang oleh agama. Itulah salah salah satu Karomah kewaliyan yang diberikan Alloh kepada Gus Miek. Jika sedang jalan-jalan atau keluar, Gus Miek sering kali mengenakan celana jeans dan kaos oblong. Tidak lupa, beliau selalu mengenakan kaca mata hitam lantaran lantaran beliau sering menangis jika melihat seseorang yang “masa depannya” suram dan tak beruntung di akhirat kelak. Ketika beliau berdakwah di Semarang tepatnya di NIAC di Pelabuhan Tanjung Mas. Niac adalah surga perjudian bagi para cukong-cukong besar baik dari pribumi maupun keturunan, Gus Miek yang masuk dengan segala kelebihannya mampu memenangi setiap permainan, sehingga para cukong-cukong itu mengalami kekalahan yang sangat besar. NIAC pun yang semula menjadi surga perjudian menjadi neraka yang sangat menakutkan bagi para penjudi dan penikmat maksiat. Satu contoh lagi ketika Gus Miek berjalan-jalan ke Surabaya, ketika tiba di sebuah club malam Gus Miek masuk kedalam club yang di penuhi dengan perempuan-perempuan nakal, lalu Gus Miek langsung menuju waitres pelayan minuman beliau menepuk pundak perempuan tersebut sambil meniupkan asap rokok tepat di wajahnya, perempuan itu pun mundur tapi terus di kejar oleh Gus miek sambil tetap meniupkan asap rokok diwajah perempuan tersebut. Perempuan tersebut mundur hingga terbaring di kamar dengan penuh ketakutan, setelah kejadian tersebut perempuan itu tidak tampak lagi di club malam itu. Pernah suatu ketika Gus Farid anak Siddiq yang sering menemani Gus Miek mengajukan pertanyaan yang sering mengganjal di hatinya, pertama bagaimana perasaan Gus Miek tentang Wanita ? “Aku setiap kali bertemu wanita walaupun secantik apapun dia dalam pandangan mataku yang terlihat hanya darah dan tulang saja jadi jalan untuk syahwat tidak ada” jawab Gus miek. Pertanyaan kedua Gus Farid menayakan tentang kebiasaan Gus Miek memakai kaca mata hitam baik itu dijalan maupun saat bertemu dengan tamu…”Apabila aku bertemu orang dijalan atau tamu aku diberi pengetahuaan tentang perjalanan hidupnya sampai mati. Apabila aku bertemu dengan seseorang yang nasibnya buruk maka aku menangis, maka aku memakai kaca mata hitam agar orang tidak tahu bahwa aku sedang menagis“ jawab Gus Miek Adanya sistem Dakwah yang dilakukan Gus miek tidak bisa di contoh begitu saja karena resikonya sangat berat bagi mereka yang Alim pun Sekaliber Hamid pasuruan mengaku tidak sanggup melakukan da’wak seperti yang dilakukan oleh Gus Miek padahal Hamid juga seorang waliyalloh. GUS MIEK BERTEMU KH. MAS’UD Ketika masih berusia 9 tahun, Gus Miek sowan ke rumah Gus Ud KH. Mas’ud Pagerwojo, Sidoarjo. Gus Ud adalah seorang tokoh kharismatik yang diyakini sebagai seorang wali. Dia sering dikunjungi olah sejumlah ulama untuk meminta doanya. Di rumah Gus Ud inilah untuk pertama kalinya Gus Miek bertemu KH. Ahmad Siddiq, yang di kemudian hari menjadi orang kepercayaannya dan sekaligus besannya. Saat itu, Kiai Ahmad Siddiq masih berusia 23 tahun, dan tengah menjadi sekretaris pribadi KH. Wahid Hasyim yang saat itu menjabat sebagai menteri agama. Sebagaimana para ulama yang berkunjung ke ndalem Gus Ud, kedatangan Kiai Ahmad Siddiq ke ndalem Gus Ud juga untuk mengharapkan do’a dan dibacakan Al-Fatehah untuk keselamatan dan kesuksesan hidupnya. Tetapi, Gus Ud menolak karena merasa ada yang lebih pantas membaca Al-Fatehan. Gus Ud kemudian menunjuk Gus Miek yang saat itu tengah berada di luar rumah. Gus Miek dengan terpaksa membacakan Al-Fatehah setelah diminta oleh Gus Ud. KH. Ahmad Siddiq, sebelum dekat dengan Gus Miek, pernah menemui Gus Ud untuk bicara empat mata menanyakan tentang siapakah Gus Miek itu. “Mbah, saya sowan karena ingin tahu Gus Miek itu siapa, kok banyak orang besar seperti KH. Hamid menghormatinya?” Tanya KH. Ahmad Siddiq. “Di sekitar tahun 1950-an, kamu datang ke rumahku meminta do’a. Aku menyuruh seorang bocah untuk mendoakan kamu. Itulah Gus Miek. Jadi, siapa saja, termasuk kamu, bisa berkumpul dengan Gus Miek itu seperti mendapatkan Lailatul Qodar,” jawab Gus Ud. Begitu Gus Ud selesai mengucapan kata Lailatul Qodar, Gus Miek tiba-tiba turun dari langit-langit kamar lalu duduk di antara keduanya. Sama sekali tidak terlihat bekas atap yang runtuh karena dilewati Gus Miek. Setelah mengucapkan salam, Gus Miek kembali menghilang. Suatu hari, Gus Miek tiba di Jember bersama Syafi’i dan KH. Hamid Kajoran, mengendarai mobil Fiat 2300 milik Sekda Jember. Sehabis Ashar, Gus Miek mengajak pergi ke Sidoarjo. Rombongan bertambah Mulyadi dan Sunyoto. Tiba di Sidoarjo, Gus Miek mengajak istirahat di salah satu masjid. Gus Miek hanya duduk di tengah masjid, sementara KH. Hamid Kajoran dan Syafi’i tengah bersiap-siap menjalankan shalat jamak ta’khir Magrib dan Isya. Ketika Syafi’i iqomat, Gus Miek menyela, “Mbah, Mbah, shalatnya nanti saja di Ampel.” KH. Hamid dan Syafi’i pun tidak berani melanjudkan. Tiba-tiba, dri sebuah gang terlihat seorang anak laki-laki keluar, sedang berjalan perlahan. Gus Miek memanggilnya. “Mas, beri tahu Mbah Ud, ada Gus Hamim dari kediri,” kata Gus Miek kepada anak itu. Anak itu lalu pergi ke rumah Mbah Ud. Tidak beberapa lama, Mbah Ud datang dengan dipapah dua orang santri. “Masya Allah, Gus Hamim, sini ini Kauman ya, Gus. Kaumnya orang-orang beriman ya, Gus. Ini masjid Kauman, Gus. Anda doakan saya selamat ya, Gus,” teriak Mbah Ud sambil terus berjalan ke arah Gus Miek. Ketika sudah dekat, Gus Miek dan Mbah Ud terlihat saling berebut untuk lebih dulu menyalami dan mencium tangan. Kemudian Gus Miek mengajak semuanya ke ruamah Mbah Ud. Tiba di rumah, Mbah Ud dan Gus Miek duduk bersila di atas kursi, kemudian dengan lantang keduanya menyanyikan shalawat dengan tabuhan tangan. Seperti orang kesurupan, keduanya terus bernyanyi dan memukul-mukul tangan dan kaki sebagai musik iringan. Setelah puas, keduanya terdiam. “Silakan, Gus, berdoa,” kata Mbah Ud kepada Gus Miek. Gus miek pun berdoa dan Mbah Ud mengamini sambil menangis. Di sepanjang perjalanan menuju ruamah Syafi’i di Ampel, Sunyoto berbisik-bisik dengan Mulyadi. Keduanya penasaran dengan kejadian yang baru saja mereka alam. Karena Mbah Ud Pagerwojo terkenal sebagai wali dan khariqul adah di luar kebiasaan. Hampir semua orang di Jawa Timur segan terhadapnya. “Mas, misalnya ada seorang camat yang kedatangan tamu, lalu camat tersebut mengatakan silakan-silakan dengan penuh hormat, itu kalau menurut kepangkatan, bukankah tinggi pangkat tamunya?” Tanya Sunyoto kepada Mulyadi. Mbah Ud adalah salah seorang tokoh di Jawa Timur yang sangat disegani dan dihormati Gus Miek selain KH. Hamid Pasuruan. Hampir pada setiap acara haulnya, Gus Miek selalu hadir sebagai wujud penghormatan kepada orang yang sangat dicintainya itu. KETERTUNDUKAN BINATANG Ketika gus miek baru mulai bisa merangkak, saat itu ibunya membawa ke kebun untuk mengumpulkan kayu bakar dan panen kelapa, bayi itu ditinggalkan sendirian di sisi kebun, tiba-tiba dari semak belukar muncul seekor harumau. Spontan sang ibu berlari menjauh dan luapa bahwa bayinya tertinggal. Begitu sadar, sang ibu kemudian berlari mencari anaknya. Tetapi, sesuatu yang luar biasa terjadi. Ibunya melihat harimau itu duduk terpaku di depan sang bayi sambil menjilagti kuku-kukunya seolah menjaga sang bayi. Peristiwa ketertundukan binatang ini kemudian berlanjut hingga Gus Miek dewasa. Di antara kejadian itu adalah Misteri Ikan dan Burung Raksasa. Gus Miek yang sangat senang bermain di tepi sungai Brantas dan menonton orang yang sedang memancing, pada saat banjir besar Gus Mik tergelincir ke sungai dan hilang tertelan gulungan pusaran air. sampai beberapa jam, santri yang ditugaskan menjaga Gus Miek, mencari di sepanjang pinggiran sungai dengan harapan Gus Miek akan tersangkut atau bisa berenang ke daratan. Tetapi, Gus Miek justru muncul di tengah sungai, berdiri dengan air hanya sebatas mata kaki karena Gus Miek berdiri di atas punggung seekor ikan yang sangat besar, yang menurut Gus Miek adalah piaraan gurunya. Pernah suatu hari, ketika ikut memancing, kail Gus Miek dimakan ikan yang sangat besar. Saking kuatnya tenaga ikan itu, Gus Miek tercebur ke sungai dan tenggelam. Pengasuhnya menjadi kalang kabut karena tak ada orang yang bisa menolong, hari masih pagi sehingga masih sepi dari orang-orang yang memancing. Hilir mudik pengasuhnya itu mencari Gus Miek di pinggir sungai dengan harapan Gus Miek dapat timbul kembali dan tersangkut. Tetapi, setelah hampir dua jam tubuh Gus Miek belum juga terlihat, membuat pengasuh itu putus asa dan menyerah. Karena ketakutan mendapat murka dari KH. Djazuli dan Ibu Nyai Rodyiah, akhirnya pengasuh itu kembali ke pondok, membereskan semua bajunya ke dalam tas dan pulang tanpa pamit. Dalam cerita yang disampaikan Gus Miek kepada pengikutnya, ternyata Gus Miek bertemu gurunya. Ikan tersebut adalah piaraan gurunya, yang memberitahu bahwa Gus Miek dipanggil gurunya. Akhirnya, ikan itu membawa Gus Miek menghadap gurunya yaitu Nabi Khidir. Pertemuan itu menurut Gus Miek hanya berlangsung selama lima menit. Tetapi, kenyataannya Gus Miek naik ke daratan dan kembali ke pondok sudah pukul empat sore. beberapa bulan kemudian, setelah mengetahui bahwa Gus Miek tidak apa-apa, akhirnya kembali ke pondok. Pada suatu malam di ploso, Gus Miek mengajak Afifudin untuk menemaninya memancing di sungai timur pondok Al Falah. Kali ini, Gus Miek tidak membawa pancing, tatapi membawa cundik. Setelah beberapa lama menunggu, hujan mulai turun dan semakin lama semakin deras. Tetapi, Gus Miek tetap bertahan menunggu cundiknya beroleh ikan meski air sungai brantas telah meluap. Menjelang tengah malam, tiba-tiba Gus Miek berdiri memegangi gagang cundik dan berusaha menariknya ke atas. Akan tetapi, Gus Miek terseret masuk ke dalam sungai. Afifudin spontan terjun ke sungai untuk menolong Gus Miek. Oleh Afifudin, sambil berenang, Gus Miek ditarik ke arah kumpulan pohon bambu yang roboh karena longsor. Setelah Gus Miek berpegangan pada bambu itu, Afifudin naik ke daratan untuk kemudian membantu Gus Miek naik ke daratan. Sesampainya di darat, Gus Miek berkata “Fif, ini kamu yang terakhir kali menemaniku memancing. Kamu telah tujuh kali menemaniku dan kamu telah bertemu dengan guruku.“ Afifudin hanya diam saja. Keduanya lalu kembali kepondok dan waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi. GUS MIEK WAFAT Tepat tanggal 5 juni 1993 Gus Miek menghembuskan napasnya yang terakhir di rumah sakit Budi mulya Surabaya sekarang siloam. Kyai yang nyeleneh dan unik akhirnya meninggalkan dunia dan menuju kehidupan yang lebih abadi dan bertemu dengan Tuhannya yang selama ini beliau rindukan. DAWUH DAWUH GUS MIK Dhawuh 1 “Saya adalah mursyid tunggal Dzikrul Ghofilin” kata Gus Mik. “Lho, Gus kok berkata begitu bagaimana dengan farid dan syauki..?” tanya Gus Ali sidoarjo.”mereka hanya meramaikan saja” , jawab Gus Miek Dhawuh 2 Demi Allah, saya hanya bisa menangis kepada Allah, semoga sami’in yang setia, pengamal Dzikrul Ghofilin, semua maslah-masalahnya tuntas diperhatikan oleh Allah. Dhawuh 3 Bila mengikuti Dzikrul Ghofilin, kalau tidak tahu artinya yang penting hatinya yakin. Dhawuh 4 Barusan ada orang bertanya Gus, Dzikrul Ghofilin itu apa..? saya jawab “Jamu”. Dhawuh 5 Dzikrul Ghofilin itu senjata pamungkas, khususnya menghadapi tahun 2000 ke atas Dhawuh 6 Ulama sesepuh yang dikirimi fatihah oleh orang-orang yang tertera atau tercantum dalam Dzikrul Ghofilin itu yang akan saya dan kalian ikuti di akhirat nanti. Dhawuh 7 Dekatlan kepada Allah..! kalau tidak bisa, dekatlah dengan orang yang dekat denganNya. Dhawuh 8 Kemanunggalan sema’an Al Qur’an dan Dzikrul Ghofilin adalah sesuatu yang harus di wujudkan oleh pendherek, pimpinan Dzikrul Ghofilin, dan jama’ah sema’an Al Qur’an. Sebab antara sema’an Al Qur’an kaliyan Dzikrul Ghofilin ingkang sampun dipun simboli kaliyan fatihah miata marroh ba’da kulli shalatin, meniko berkaitan manunggal. Dhawuh 9 Semoga Dzikrul Ghofilin ini menjadi ketahanan batiniah kita, sekaligus penyangga kita di hari Hisab hari perhitungan amal. Itulah yang paling penting..! Dhawuh 10 Nuzulul Qur’an yang bersamaan dengan turunnya hujan ini, semoga menjadi isyarat turunnya petunjuk kepada saya dan kalian semua, seperti firman Allah “Ulaika ala hudan min rabbihim wa ulaika hum al-muflihun” Mereka telah berada di jalan petunjuk , dan mereka adalah orang-orang yang beruntung. Dhawuh 11 Barusan ada orang yang bertanya Gus, bagaimana saya ini, saya tidak bisa membaca Al Qur’an..? saya jawab “Paham atau tidak, yang penting sampean datang ke acara sema’an, karena mendengarkan saja besar pahalanya”. Dhawuh 12 Sejak sekarang, yang kecil harus berpikir kelak kalau besar, aku besar seperti apa, yang besar harus berpikir, kalau tua kelak, aku tua seperti apa, yang tua juga harus berpikir, kelak kalau mati, aku mati dalam keadaan seperti apa. Dhawuh 13 Dalam sema’an ada seorang pembaca Al Qur’an, huffazhul Qur’an dan sami’in. Seperti ditegaskan oleh sebuah hadits Baik pembaca maupun pendengar setia Al Qur’an pahalanya sama. Malah di dalam ulasan tokoh lain dikatakan pendengar itu pahalanya lebih besar daripada pembacanya. Sebab pendengar lebih main hati, pikiran, dan telinganya. Pendengar dituntut untuk lebih menata hati dan pikirannya dan lebih memfokuskan pendekatan diri kepada Allah. Dhawuh 14 Satu-satunya tempat yang baik untuk mengutarakan sesuatu kepada Allah adalah majelis sema’an Al Qur’an. Hal ini tertera di dalam kalau tidak salah tiga hadits. Antara lain Man arada an yatakallam ma’a Allah falyaqra’ Al Qur’an siapa ingin berkomunikasi dengan Allah, hendaknya ia membaca Al Qur’an. Dhawuh 15 Seorang yang ikut sema’an berturut-turut 20 kali saya jamin apa pun masalah yang sedang dihadapinya pasti akan beres/tuntas. Dhawuh16 Ada seorang datang kepada saya “Gus, problem saya bertumpuk-tumpuk, saya sudah mengikuti sema’an 19 kali, tinggal 1 kali lagi, kira-kira masalah saya nanti tuntas atau tidak..?” saya jawab “yang sial itu saya, kok bertemu dengan orang yang mempunyai masalah seperti itu.” Dhawuh 17 Saya sendiri sebagai pencetus sema’an Al Qur’an ternyata kurang konsekuen, sementara sami’in datang dari jauh, bahkan hadir sejak subuh, mulai surat Al fatihah dibaca sampai berakhir setelah doa khotmil Qur’an malam berikutnya baru mereka pulang. Sedang saya ini, baru datang kalau sema’an Al Qur’an akan diakhiri. Itu pun tidak pasti. Terkadang saya berpikir, saya ini seorang yang dipaksakan untuk siap dipanggil kiai. Dhawuh 18 Berapa yang hadir setiap sema’an? Jangan lebih lima persen. Nanti bila sami’innya terlalu banyak, saya hanya menangis dan membaca Al Fatihah, lalu pulang. Saya sadar, saya tidak mampu berbuat apa-apa. Jangankan untuk orang banyak, untuk satu orang saja saya tidak bisa. Dhawuh 19 Kalau saya nongol, mungkin tak cukup semalaman. Satu persatu harus dilayani. Saya besok ke mana? Apa yang harus saya lakukan? Kami tidak punya modal? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan, Dan, saya dituntut untuk memberikan keterangan yang bisa mereka terima, setidaknya agak menghibur, dengan lelucon atau dengan pengarahan yang pas. Dhawuh 20 Semoga sema’an dan Dzikrul Ghofilin ini kelak menjadi tempat duduk-duduk dan hiburan anak cucu kita semua. Dhawuh 21 Alhamdulillah, saya adalah yang pertama memberitahukan kepada “anak-anak” tentang makna dan kegunaan sema’an Al Qur’an. Di tengah maraknya Al Qur’an diseminarkan dan didiskusikan, Alhamdulillah masih ada kelompok kecil yang menyakini bahwa Al Qur’an itu mengandung berkah. Dhawuh 22 Saya mengambil langkah silang dengan mengatakan kepada anak-anak yang berkumpu agar sebulan sekali mengadakan pertemuan, ngobrol-ngobrol, guyon-guyon santai, syukur bisa menghibur diri dengan hiburan yang berbau ibadah yang menyentuh rahmat dan nikmat Allah. Kebetulan saya menemukan satu pakem bahwa pertemuan yang dibarengi dengan alunan Al Qur’an, membaca dan mendengarkannya, syukur-syukur dari awal sampai akhir, Allah akan memberikan rahmat dan nikmatNya. Jadi, secara batiniah, sema’an Al Qur’an ini menurut saya adalah hiburan yang bersifat hasnah bernilai baik. Juga, pendekat diri kita kepada Allah dan tabungan di hari akhir. Itu pula yang benar-benar diyakini para pengikut sema’an Al Qur’an. Dhawuh 23 Di bukit ini terdapat 3 tiang kokoh panutan, yaitu 1 Syaikh Abdul Qodir Khoiri, seorang wali yang penuh kasih, 2 Abdul Sholih As-Saliki, seorang wali yang terus menjaga wudhunya demi menempuh jalan berkah, 3 Muhammad Herman, ia adalah wali penutup, orang-orang terbaik berbaur dengannya. Wahai tuhanku, berilah manfaat dan berkah mereka. Kumpulkan aku bersama mereka. Dhawuh 24 Mengenai tata krama ziarah kubur, selayaknya lahir batin ditata dengan baik. Saya juga berpesan, kalau seseorang berceramah, hendaknya ia tidak meneliti siapa yang dimakamkan, juga riwayat hidupnya. Setidaknya hal demikian ini hukumnya makruh. Dhawuh 25 Tiga orang yang tidur ini hidup sebelum Wali songo. Orang-orang banyak datang kesini. Demikian juga orang-orang yang sakit, mereka kalau datang ke sini sembuh. Dhawuh 26 Kelak, bila aku sudah tiada, yang saya tempati ini makam tambak bertambah ramai makmur Dhawuh 27 Saya disini hanya ittiba’mengikuti kiai sepuh, seperti kiai Fattah dan kiai Mundzir. Di sini, dulu pernah dibuat pertemuan kiai-kiai pondok besar. Dhawuh 28 Makam ini yang menemukan keturunan Pangeran Diponegaoro. Dulu, desa ini pernah dibuat istirahat oleh pangeran Diponegoro. Di desa ini tidak ada shalat dan tidak ada apapun. Keturunan Diponegoro ini ada dua, yang satu menjadi dukun sunat tetapi kalau berdandan nyentrik, sedang adiknya jadi pemimpin seni jaranan. Dhawuh 29 Berbaik sangka itu sulit. Jangankan berbaik sangka kepada Allah, kepada para wali dan para kiai sepuh saja sulit. Dhawuh 30 Di tambak itu, kalau bisa bersabar, akan terasa seperti lautan, dan kalau bisa memanfaatkan, akan banyak sekali manfaatnya. Tapi kalau tidak bisa memanfaatkan, ia akan bisa menenggelamkan. Dhawuh 31 Huruf hijaiyah itu ada banyak ada ba’, jim, dhot, sampai ya’. Demikian juga dengan taraf ilmu seseorang. Ada orang yang ilmunya cuma sampai ba’, ada orang yang ilmunya sampai jim, ada orang yang ilmunya sampai dhot saja. Nah, orang yang ilmunya seperti itu tidak paham kalau di omongi huruf tha’, apalagi huruf hamzah dan ya’. Dhawuh 32 Saya bukan kiai, saya ini orang yang terpaksa siap dipanggil kiai. Saya juga bukan ulama. Ulama dan kiai itu beda. Kiai dituntut untuk punya santri dan pesantren. Ulama itu kata jamak yang artinya beberapa ilmuwan. Ketepatan saja saya punya bapak yang bisa ngaji dan punya pesantren. Itu pun tidak ada hubungannya dengan saya yang lebih banyak berkelana. Dari berkelana itu lahirlah sema’an Al Qur’an. Jadi, hiburan “anak-anak” dan saya datang bukan atas nama apa-apa. Hanya salah satu pengikut sama’an Al Qur’an, yang bukan sami’in setia bukan pengikut yang aktif. Dhawuh 33 Nanti, kalau suamimu berani menjadi kiai harus sanggup hidup melarat. Dhawuh 34 Akhirnya maaf, kita menyadari bahwa kaum ulama, lebih-lebih seperti saya, dituntut untuk menggali dana yang lebih baik, dana yang benar-benar halal, kalau kita memang mendambakan ridho Allah. Dhawuh 35 Di era globalisasi ini kita dituntut untuk lebih praktis, tidak terlalu teoretis. Semua kiai dan ulama sekarang ini dituntut mengerti bahwa dirinya punya satu tugas dari Allah, yakni membawa misi manusiawi. Dhawuh 36 Kalau ingin pondok pesantrennya besar, itu harus kaya terlebih dahulu. Nah, kaya inilah yang sulit. Dhawuh 37 Pondok pesantren ini, walaupun kecil, mbok ya biarkan hidup, yang luar biar di luar, yang dalam biar di dalam. Dhawuh 38 Saya punya pertanyaan buat diri saya sendiri mampukah saya mengatarkan “anak-anak?” Sedang ulama saja banyak yang kurang mampu mengantarkan anak-anak untuk saleh dan sukses. Suksenya diraih, salehnya meleset. Di dalam pesantren sama sekali tidak diajarkan keterampilan. Timbul pertanyaan Bagaimana anak-anak kami nanti di masa mendatang, bisnisnya, ekonominya, nafkahnya hariannya? Mungkinkah mereka berumah tangga dengan kondisi seperti ini?. Dhawuh 39 Mbah, manusia itu kalau punya keinginan, hambatannya Cuma dua. Godaan dan hawa nafsu. Kuat cobaan apa tidak, kuat dicoba apa tidak. Dhawuh 40 Para santri itu lemah pendidikan keterampilannya. Sudah terlanjur sejak awalnya begitu. Tapi Alhamdulillah, di pesantren-pesantren seperti Gontor dan pondok pabelan diajarkan keterampilan-keterampilan. Di sana, keterampilannya ada, tapi wiridannya tidak ada. Saya senang pesantren yang ada wiridannya. Dhawuh 41 Sukses dalam studi belum menjamin sukses dalam hidup. Pokoknya, di luar buku, di luar bangku, di luar LASKAR, masih ada LASKAR yang lebih besar, yakni LASKAR Allah. Kita harus banyak belajar. Antara lain belajar dangdut Jawa, belajar tolak berhala, dan belajar tolak berhala itu sulit sekali! Sulit sekali. Dhawuh 42 Hidup ini sejak lahir hingga mati, adalah kuliah tanpa bangku. Dhawuh 43 Mbah, kamu itu ketika mengaji, jika dipanggil ayah, ibu atau putra-putra ayah, siapa saja itu, jangan menunggu selesai mengaji, langsung saja ditaruh kitabnya, lalu menghadap dengan niat mengaji. Dhawuh 44 Seorang santri yang tak kuat menahan lapar, bahayanya orang santri itu di pondok bisa berani banyak utang. Dhawuh 45 Mbah, kalau kamu menggantungkan kiriman dari rumah, kalau belum dikirim jangan mengharap-harap dikirim, semua sudah diatur oleh Allah. Dhawuh 46 Sekarang, mencari orang bodah itu sulit, sebab orang bodoh kini mengaku pintar. Kelak, kalau kamu sekolah, berlaku bodah saja. Bagaimana caranya? Pura-pura saja, dan harus bisa pura-pura bodoh. Maksudnya, kamu harus pintar membedakan antara orang bodoh dengan orang yang pura-pura bodoh. Dhawuh 47 Dunia itu memang sedikit, tapi tanpa dunia, seseorang bisa mecicil blingsatan. Dhawuh 48 Jadi orang itu harus mencari yang halal, jangan sampai jadi tukang cukur merangkap jagal. Dhawuh 49 Miskin dunia sedikitnya berapa, tak ada batasannya demikian juga kaya dunia. Seorang yang kaya pasti ada yang di atasnya, seorang yang melarat banyak temannya. Orang kaya pasti ada kurangnya. Ini adalah ilmu Jawa, tidak perlu muluk-muluk mengkaji kitab kuning. Dhawuh 50 Kamu memilih kaya-sengsara atau melarat-terlunta? Maksudnya, kaya-sengsara itu adalah di dunia diganggu hartanya, sedang di akhirat banyak pertanyaannya. Dhawuh 51 Gus, tolong saya didoakan kaya. “kaya buat apa?”, tanya Gus Miek. Buat membiayai anak saya. Royan, kamu tak usah khawatir, saya berdoa kepada tuhan agar orang selalu baik dan membantu kamu. Adapun orang yang berbuat buruk atau berniat buruk kepadamu akan saya potong tangannya. Kelak, dirimu saya carikan tempat yang lebih baik dari dunia ini. Dhawuh 52 Royan, kamu ingin kaya ya? Kalau sudah kaya, nanti kamu repot lho. Dhawuh 53 Orang kaya yang masuk surga itu syaratnya harus baik dengan tetangganya yang fakir. Dhawuh 54 Seorang fakir yang tahan uji, yang tetap bisa tertawa dan periang. Sedang hatinya terus mensyukuri keadaan-keadaannya, masih lebih terhormat dan lebih unggul melebihi siapa pun, termasuk orang dermawan yang 99% hak miliknya diberikan karena Allah, tetap saja masih unggul fakir yang saleh tadi. Dhawuh 55 Saat memimpin doa pada acara haul KH. Djazuli Ustman, Gus Miek membaca Ayyuha Ad-Dunya Thallaqtuka Fa’anta Thaliqah.Wahai dunia, aku telah menalak kamu, sungguh aku telah mentalak kamu. Gus Miek lalu berhenti dan berkomentar Doa-doa seperti ini jangan sampai kalian ikut mengamini, belum mengamini saja sudah senin kemis, apalagi mengamini, bertambah dalam terperosok lagi. Dhawuh 56 Maaf, kalau saya harus mengatakan Anda sebaiknya punya keterampilan. Jangan malu mengerjakan yang kecil, asal halal. Karena banyak sekali rekanan saya yang malu, misalnya jualan kopi di ujung sana, di sektor informal. Kok jualan kopi sih? Padahal saya mendambakan menjadi karyawan bank, biar terdengar keren dengan gaji tinggi. Kok ini? Kata mereka. Padahal ini halal menurut Allah dan sangat mulia. Sayang, mereka salah menempatkan, menjaga gengsi di hadapan manusia. Nah, ini tidak konsekuen, ini terlanjur salah kaprah. Kalau saya mengatakannya secara salah, saya yang terjepit. Dhawuh 57 Saya ini kan lain. Walau income resmi enggak ada, tanah tak punya, tapi ada rekanan yang lucu-lucu. Hingga rasa tasyakurlah yang lebih berkobar. Bukan rasa kurang atau yang lain. Dhawuh 58 Ada satu kios kecil yang isi dengan kebutuhan kampung seperti lombok, beras dan gula, di tempat yang sami’in tidak tahu. Kios itu saya percayakan pada seseorang. Terserah dia! Dan, tidak harus untung. Mungkin dia sendiri harus belajar untuk menerima kenyataan. Termasuk untuk tidak untung. Dhawuh 59 Jadilah seburuk-buruk manusia di mata manusia tetapi luhur di mata Allah. Dhawuh 60 Tidak apa-apa dianggap seperti PKI tetapi kelak masuk surga. Dhawuh 61 Hidup itu yang penting satu, keteladanan. Dhawuh 62 Kunci sukses adalah bergaul, dan di dalam bergaul kita harus ramah terhadap siapa saja. Sedang prinsipnya adalah bahwa pergaulan harus menjadikan cita-cita dan idaman kita tercapai, jangan sebaliknya. Dhawuh 63 Segala langkah, ucapan, dan perbuatan itu yang penting ikhlas, hatinya ditata yang benar, tidak pamrih apa-apa. Dhawuh 64 Kalau ada orang yang menggunjing aku, aku enggak usah kamu bela. Kalau masih kuat, silakan dengarkan, tapi kalau sudah tidak kuat, menyingkirlah. Dhawuh 65 Kalau ada orang yang menjelek-jelekkan, temani saja, jangan menjelek-jelekkan orang yang menjelek-jelekkan. Kalau memang senang mengikuti sunnah nabi, ya jangan dijauhi mereka itu karena nabi itu rahmatan lil alamin. Dhawuh 66 Kita anggota sami’in Dzikrul Ghofilin khususnya, ayo ramah tamah secara lahir dan batin dengan orang lain, dengan sesame, kita sama-sama manusia, walaupun berbeda wirid dan aliran. Kita harus mendukung kanan dan kiri yang sudah terlanjur mantab dalam Naqsabandiyah, Qodiriyah, atau ustadz-ustadz Tarekat Mu’tabarah. Jangan sampai terpancing untuk tidak suka, tidak menghormati pada salah satu wirid yang jelas muktabar dengan pedoman-pedoman yang sudah terang, khusus dan tegas Dhawuh 67 Tadi ada orang bertanya Gus, saya ini di kampung bersama orang banyak. Jawab saya Yang penting ingat pada Allah, tidak merasa lebih suci dari yang lain, tidak sempat melirik maksiat orang lain, dengan siapa saja mempunyai hati yang baik, itulah ciri khas pengamal Dzikrul Ghofilin. Dhawuh 68 Era sekarang, orang yang selamat itu adalah orang yang apa adanya, lugu dan menyisihkan diri. Dhawuh 69 “Miftah, kamu masih tetap suka bertarung pencak silat?” Tanya Gus Miek. Lha bagaimana Gus, saya ikut, jawab Miftah. “Kalau kamu masih suka bertarung pencak, jangan mengharap baunya surga.” Dhawuh 70 Saya lebih tertarik pada salah seorang ulama terdahulu, contohnya Ahmad bin Hambal. Kalau masuk tempat hiburan yang diharamkan Islam, dia justru berdoa “Ya Allah, seperti halnya Kau buat orang-orang ini berpesta pora di tempat seperti ini, semoga berpesta poralah mereka di akhirat nanti. Seperti halnya orang-orang di sini bahagia, semoga berbahagia pula mereka di akhirat nanti.” Ini kan doa yang mahal sekali dan sangat halus. Tampak bahwa Ahmad bin Hambal tidak suka model unjuk rasa, demonstrasi anti ini anti itu. Apalagi seperti saya yang seorang musafir, saya dituntut untuk lebih menguasai bahasa kata, bahasa gaul, dan bahasa hati. Dhawuh 71 Seorang yang diolok-olok atau dicela orang lain, apa itu termasuk sabar? Badanya sakit, anaknya juga sakit, istrinya meninggal, apa itu juga termasuk sabar? Hartanya hancur, istrinya mati, anaknya juga mati, apa itu termasuk orang yang sudah sabar? Seperti itu tidak bisa disebut sebagai orang sabar, entah sabar itu bagaimana, aku sendiri tidak mengerti. Dhawuh 72 Tadi, ada orang yang bertanya periuk terguling, anak-istri rewel, hati sumpek, pikiran ruwet, apa perlu pikulan ini tanggung jawab keluarga saya lepaskan untuk mencari sungai yang dalam buat bunuh diri. Saya jawab Jangan kecil hati, siapa ingin berbincng-bincang dengan Allah, bacalah Al Qur’an. Dhawuh 73 Tadi ada yang bertanya Gus, bagaimana ya, ibadah saya sudah bagus, shalat saya juga bagus, tetapi musibah kok datang dan pergi? Saya jawab mungkin masih banyak dosanya, mungkin juga bakal diangkat derajat akhiratnya oleh Allah; janganlah berkecil hati. Dhawuh 74 Orang-orang membacakan Al-Fatehah untukku, katanya aku ini sakit. Aku ini tidak sakit, hanya fisikku saja yang tidak kuat karena aktivitasku ini hanya dari mobil ke mobil, dan tidak pernah libur. Dhawuh 75 Ada empat macam perempuan yan diidam-idamkan semua orang lelaki. Perempuan yang kaya, perempuan bangsawan, dan perempuan yang cantik. Tapi ada satu kelebihan yan tidak dimiliki oleh ketiga perempuan itu, yaitu perempuan yang berbudi. Dhawuh 76 Anaknya orang biasa itu ada yang baik dan ada yang jelek. Demikian juga anaknya kiai, ada yang baik dan ada yang jelek. Jangankan anaknya orang biasa atau anaknya kiai, anaknya nabi pun ada yang berisi dan ada yang kosong. Kalau sudah begini, yang paling baik bagi kita adalah berdoa. Dhawuh 77 Di tengah-tengah sulitnya kita mengarahkan istri, menata rumah tangga, dan sulitnya menciptakan sesuatu yang indah, sedang tanda-tanda musibah pun tampak di depan mata, semua itu menuntut kita menyusun ketahanan batiniah, berusaha bagaimana agar Allah sayang dan perhatian kepada kita semua. Dhawuh 78 Tadi, ada orang yang bertanya anak saya nakal, ditekan justru menjadi-jadi, bagaimana Gus? Nasehat orang tua terhadap anaknya janganlah menggunakan bahasa militer, pakailah bahasa kata, bahasa gaul, dan bahasa hati. Dhawuh 79 Gus, kenapa Anda menamakan anak Anda dengan bahasa Arab dan non Arab? Begini, alas an saya menamakan dengan dua bahasa itu karena mbahnya dua; mbahnya di sini santri, mbahnya di sana bukan. Mbahnya di sini biar memanggil Tajud karena santri, mbahnya di sana yang bukan santri biar memanggil Herucokro; mbanya di sini biar memanggil sabuth, mbahnya di sana biar memanggil panotoprojo. Dhawuh 80 Menurut Anda, bagaimana sebaik-baiknya busana muslim itu? Jilbab kan banyak dipertentangkan akhir-akhir ini? Pada akhirnya, seperti penggabungan Indonesia, Siangapura, Malaysia, Thailand, Brunei, dan Filipina menjadi ASEAN, tidak menutup kemungkinan, ada bahasa dan busana ASEAN. Sehingga siapa pun dengan terpaksa untuk ikut dan patuh. Ya, kita sebagai orang tua harus diam kalau itu nanti terjadi, dan kalau ingin selamat, ya mulai sekarang kita harus berbenah. Dhawuh 81 Saya kira-kira dituntut untuk lebih menggalakkan ibadatul qalbi ibadah dalam hati. Mungkin begitu. Sebetulnya putrid rekan-rekan ulama juga sudah banya yang terbawa arus; ya sebagian ada yang masih mengikuti aturan, tetap berjilbab, misalnya. Tetapi ada juga yang tetap berjilbab karena sungkan lantaran orang tuanya mubaligh. Secara umum, sudah banyak yang terbawa arus. Dhawuh 82 Dunia ini semakin lama semakin gelap, banyak hamba Allah yang bingung, dan sebagian sudah gila. Sahabat Muazd bin Jabbal berkata “siapa yang ingat Allah di tengah-tengah dunia yang ramainya seperti pasar ini, dia sama dengan menyinari alam ini.” Dhawuh 83 Memiliki lidah atau mulut itu jangan dibirkan saja, lebih baik dibuat zikir pada Allah, dilanggengkan membaca lafal Allah. Dhawuh 84 Hadirin tadi ada orang yang bertanya Gus, pendengar Al Qur’an ini kalau usai shalat fardhu, yang terbaik membaca apa ya? Saya jawab Untuk wiridan, kecuali kalian yang sudah mengikuti sebagian tarekat mu’tabarah, baik membaca Al Fatehah 100 kali. Ini juga menjadi simbolnya Dzikrul Ghofilin. Resepnya, mengikuti imam Abu Hamid Al Ghazali, yang juga diijasahnya oleh adiknya, Syaikh Ahmad Al Ghazali. Dhawuh 85 Trimah, kamu pasti mau bertanya Kiai, wiridannya apa, mau bertanya begitu kan? Tidak sulit-sulit, baca shalawat sekali, pahalanya 10 kali lipat; jangan repot-repot, baca shallallah ala Muhammad, itu saja, yang penting benar. Dhawuh 86 Saya punya penyakit yang orang lain tidak tahu. Saya ini terus terang tamak, takabur yang terselubung, dan diam-diam ingin kaya. Padahal saya punya persoalan khusu dengan Allah. Artinya, saya adalah hamba yang diceramahkan, sedang Allah yang sudah saya yakini adalah sutradara. Dhawuh 87 Persoalan mengenai hakikat hidup di dunia masih sering kita anggap remeh. Olih karena itu, sangat perlu dilakukan sebentuk muhasabah. Sejauh mana tauhid kita, misalnya. Dan, ternyata kita belum apa-apa. Kita belum menjadi mukmin dan muslim yang kuat. Dhawuh 88 Taqarrub pendekatan kita kepada Allah seharusnya menjadi obat penawar bagi kita. Apa pun yang terjadi, apa pun yang diberikan Allah, syukuri saja. Sayang, terkadang kita belum bisa menciptakan keadaan yang demikian. Kita seharusnya bangga menjadi orang yang fakir. Sebab sebagian penghuni surga itu adalah orang –orang fakir yang baik. Dhawuh 89 Dahulu, pada usia sekitar 10 tahun, saya sering didekati orang,dikira saya itu siapa. Ungkapan orang yang datang kepada saya itu-itu saja minta restu atau mengungkapkan kekurangan, terutama yang berhubungan dengan materi. Perempuan yang mau melahirkan juga datang. Dikira saya ini bidan. Karena makin banyak orang berdatangan, lalu saya menyimpulkan jangan-jangan saya ini senang dihormati orang, jangan-jangan saya ini dianggap dukun tiban juru penolong atau orang sakti. Dhawuh 90 Surga itu miliknya orang-orang yang sembahyang tepat pada waktunya. Dhawuh 91 Shalat itu, yang paling baik, di tengah-tengah Al-Fatehah harus jernih pikiran dan hati. Dhawuh 92 Shalat itu, yang paling baik adalah berpikir di tengah-tengah membaca Al-Fatehah. Dhawuh 93 Coro pethek bodon. Di akhirat, bila berbuat buruk satu, berbuat baik satu itu rugi. Di akhirat, bila berbuat buruk satu, berbuat baik dua itu rugi. Di akhirat, bila berbuat buruk satu, berbuat baik tiga itu baru untung. Dhawuh 94 Kalau kamu ingin meningkat satu strip, barang yang kamu sayangi ketika diminta orang, berikan saja. Itu naik 1 strip, lebih-lebih sebelum diminta, tentu akan naik 1 strip lagi. Dhawuh 95 Seorang yang berani melakukan dosa, harus berani pula bertobat. Dhawuh 96 Kalau kamu mengerjakan kebaikan, sebaiknya kau simpan rapat-rapat; kalau melakukan keburukan, terserah kamu saja mau kau simpan atau kau siarkan. Dhawuh 97 Kowe arep nandi Sir? Tanya Gus Miek. Badhe tumut ujian, jawab Siroj. Kapan? tanya Gus miek . sak niki, jawab Siroj. Golek opo?, Tanya Gus Miek lagi. “Ijasah,” jawab Siroj juga. Lho kowe ntukmu melu ujian ki mung golek ijasah, e mbok sepuluh tak gaekne. Yoh, dolan melu aku. Artinya Kalau kamu ikut ujian hanya untuk ijasah, sini, mau 10 saya buatkan, ayo ikut saya. Dhawuh 98 “Kamu mau kemana sir?” Mau ngaji. “Biar dapat apa?” Biar masuk surga. “jadi, alasan kamu mengaji itu hanya untuk mencari surga? Jadi, surga bisa kamu peroleh dengan mengaji? Kalau begitu, sudah kitabmu ditaruh saja, ayo ikut bersama saya ke Malang. Dhawuh 99 Saya katakana kepada anak-anak, Dzikrul Ghofilin jangan sampai diiklankan atau dipromosikan sebagai senjata pengatrol kesuksesan duniawi. Dhawuh 100 Saya imbau, jangan sampai ada yang berjaga lailatul Qodar, itu ibarat memikat burung perkutut. Dhawuh 101 Belum tahun 2000 saja sudah begini; bagaimana kelak di atas tahun 2000? Dunia ini semakin lama semakin panas, semakin lama semakin panas, semakin lama semakin panas. Dhawuh 102 Saya senang orang-orang Nganjuk karena orangnya kecil-kecil. Ini sesuai sabda nabi “Orang itu yang baik berat badannya 50.” Juga, ada sabda lain yang menguatkan “Orang paling aku cintai di antara kalian adalah orang yang paling sedikit makannya.” Ini sesuai firman Allah Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan rasa lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut QS. Quraiys 4. Lapar adalah syarat untuk menghasilkan tujuan. Maka, siapa tidak senang lapar, ia bukan bagian dari ahli khalwat menyendiri. Dhawuh 103 Miftah, kalau kamu nanti sudah pulang dari mondok, jangan suka menjadi orang terdepan. Dhawuh 104 Biarkan dunia ini maju. Akan tetapi, bagi kita umat Islam, akan lebih baik kalau kemajuan di bidang lahiriah dan umumiyah ini dibarengi dengan iman, ubudiyah, serta sejumlah keterampilan positif. Jadi, memasuki era globalisasi menuntut kita untuk lebih meyakini bahwa shalat lima waktu itu, misalnya, adalah senam atau olah raga yang paling baik. Setidak-tidaknya, bagi orang Jawa bangun pagi itu tentu baik. Apalagi kita yang mukmin. Dengan bangun pagi dan menyakini bahwa kegiatan shalat Subuh adalah senam olah raga yang paling baik, otomatis kita tersentuh untuk bergegas selakukan itu. Dhawuh 105 Sir, kalau kamu mau bertemu aku, bacalah Al-Fatehah 100 kali. Dhawuh 106 Kalau mau mencari aku, di mana dan kapan saja, silakan baca surah Al-Fatehah. Dhawuh 107 Mbah, kalau kamu mau bertemu aku, sedang kamu masih repot, kirimi saja aku Al-Fatehah, 41kali. Dhawuh 108 Mencari aku itu sulit; kalau mau bertemu dengan aku, akrablah dengan keluargaku, itu sama saja dengan bertemu aku. Mabes Laskar Khodam Sakti Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura Solo, Jawa tengah WA +6285879593262Surabaya - Banyak cerita rakyat Jawa Timur yang menarik untuk disimak. Ini juga bisa untuk menambah wawasan soal Jawa 9 cerita rakyat Jawa Timur yang sangat terkenal dan meleganda1. Asal Usul Nama SurabayaCerita rakyat Jawa Timur ini soal nama Surabaya yang berasal dari legenda terkenal yaitu Sura dan Baya. Sura sendiri merupakan ikan hiu, dan baya adalah buaya. Setiap hari kedua hewan itu selalu bertarung memperebutkan daerah kekuasaan. Hingga pada akhirnya mereka lelah, Sura memberikan pilihan kepada Baya, jika daerah laut menjadi kekuasaannya dan daratan menjadi milik baya. Pada akhirnya, baya setuju dan lambat laun sura sendiri mengkhianati pilihan yang dia buat sendiri. Pertengkaran pun terjadi lagi sehingga banyak warga yang tahu. Dengan begitu, mereka akhirnya memberi nama daerah ini menjadi Surabaya. 2. Kisah Cindelaras dan Ayam SaktinyaDalam cerita rakyat Jawa Timur ini, dikisahkan seorang anak Bernama Cindelaras, tinggal di hutan Bersama ibunya. Ibunya permaisuri yang diusir dan difitnah telah meracuni Selir dan Tabib di Kerajaan Jenggala. Dikarenakan sang selir iri karena hanya dianggap sebagai seorang selir. Sang raja memerintahkan prajuritnya mengusir sang permaisuri tanpa tahu kejadian yang sebenarnya. Sang permaisuri diusir dalam kondisi hamil dan melahirkan di hutan. Ia tinggal di hutan bersama seekor ayam dan juga anaknya bernama Cindelaras. Suatu hari Cindelaras berniat bertemu dengan ayahnya dan menantang untuk melakukan adu ayam. Singkat cerita, Cindelaras menang dan sang raja mengakui Cindelaras sebagai putranya. Cindelaras pun menceritakan kebenaran yang terjadi pada ibunya. Pada akhirnya, sang raja mengusir selirnya dan membawa pulang Cindelaras beserta ibunya ke Keong MasCerita rakyat Jawa Timur ini tidak asing bagi anak kecil. Legenda yang menceritakan seorang putri bernama Candra Kirana yang dikutuk menjadi keong saudaranya sendiri. Yakni Dewi Galuh yang iri dengan Candra Kirana yang dilamar Pangeran Tampan bernama Raden Inu Kertapati. Singkatnya, setelah Candra Kirana berubah menjadi keong dan dihanyutkan di sungai oleh keluarganya, dia ditemukan nenek yang mencari ikan di sungai. Setelah kehadiran keong mas di rumah, sang nenek merasa diberkahi dan bisa menikmati makanan enak setiap hari. Pangeran yang curiga dan mencoba mencari Candra Kirana akhirnya menemukan dan akhirnya kutukan Candra Kirana hilang. 4. Kisah Jaka Tarub dan Nawang WulanDulu, hiduplah seorang pemuda Bernama Jaka Tarub. Jaka Tarub tinggal di hutan, dan setiap harinya dia pergi mencari kayu untuk memenuhi kebutuhan. Suatu hari, Jaka Tarub pergi ke hutan untuk mencari kayu. Pada saat sedang mencari kayu, ia mendengar suara air terjun dan banyak suara gadis. Jaka Tarub mengikuti asal suara itu karena penasaran dan ia terkejut melihat banyak perempuan cantik sedang mandi. Ia pun terpesona dengan kecantikan yang dimiliki perempuan-perempuan tersebut. Kemudian, perempuan itu mengambil selendang miliknya dan terbang ke langit. Hari berikutnya, Jaka Tarub kembali ke air terjun tersebut dan memutuskan untuk mencuri salah satu selendang dari bidadari-bidadari itu. Hal ini membuat satu bidadari tidak bisa pergi ke langit. Sang bidadari sedih dan Jaka Tarub datang untuk membantunya. Singkat cerita, mereka berdua menikah dan memiliki anak perempuan. Nawang Wulan tidak mengetahui bahwa Jaka Tarublah yang mengambil selendangnya agar ia tak bisa Kembali ke khayangan. Sampai suatu saat Nawang Wulan tahu bahwa selendangnya disembunyikan di tempat beras, dia marah kepada Jaka Tarub. Ia kemudian Kembali ke khayangan dan meninggalkan Jaka Tarub beserta anaknya. Nawang wulan berpesan jika ada bulan purnama dia akan datang untuk menjemput Asal Usul Gunung ArjunaDalam cerita rakyat Jawa Timur ini, dikisahkan pada zaman dulu ada seorang pendekar sakti bernama Arjuna yang bertapa di puncak gunung. Kesungguhan Arjuna saat bertapa membuat puncak gunung tersebut semakin bertambah tinggi dan mendekati kayangan. Sampai suatu hari sang Bathara guru merasakan seperti ada gempa di sekitar khayangan dan mencoba untuk menghentikan Arjuna dari pertapaannya, namun gagal. Bathara Guru pun mulai mencari bantuan kepada pengasuh Arjuna yaitu Bathara Semar. Bathara pun langsung menemui Bathara Semar dan meminta bantuannya untuk menghentikan Semar pun segera pergi bersama Togop untuk menghentikan pertapaan Arjuna. Setelah sampai di sana mereka terkejut dengan gunung yang sangat tinggi di depannya. Di puncak gunung itulah Arjuna sedang Semar dan Bathara Togop kemudian bersemedi di kaki gunung. Tak lama kemudian tubuh mereka membesar hingga menyamai gunung tersebut. Kemudian mereka memotong gunung itu, serta melemparkannya ke arah utara dan membuat Arjuna sadar dari pertapaannya. Kemudian bagian gunung yang dipotong oleh Bathara Semar dan Barthara Togop itu sekarang dikenal dengan nama Gunung Arjuna yang saat ini berada di perbatasan antara Malang dan Legenda Gunung Kelud dan Lembu SuraKerajaan Majapahit bernama Raja Brawijaya memiliki putri yang sangat cantik bernama Putri Diah Ayu Pusparini. Dalam cerita rakyat Jawa Timur ini, dikisahkan karena kecantikannya banyak pemuda yang jatuh cinta kepadanya. Raja membayangkan betapa bahagianya, jika Putri Diah menikah. Akan ada pesta yang meriah di pernikahan di kerajaan. Raja Brawijaya semakin sedih karena sang putri selalu menolak semua pemuda yang ingin menikahinya. Raja pun berpikir untuk mengajak putrinya berbicara empat mata dan beranggapan sang raja sudah semakin tua serta ingin mengadakan sayembara bagi siapapun yang bisa meregangkan busur Kyai Garudayaksa dan mengangkat Gong Kyai Sekardelima ia akan menjadi suami Putri pun kaget, namun tidak berani menolak permintaan ayahnya. Ia tau ayahnya sangat menginginkan agar ia segera menikah, sehingga Putri Diah terpaksa untuk menerima keinginan ayahnya. Hari sayembara pun tiba, para pemuda dari berbagai penjuru datang untuk menunjukkan kekuatannya menaklukkan busur dan gong gaib. Satu persatu para pemuda mulai mencoba untuk merenggangkan busur dan mengangkat gong. Tetapi tidak ada satupun yang berhasil, Raja Brawijaya berencana menghentikan sayembara tanpa pemenang dan ia berpikir tidak akan ada yang bisa memenangkan ada satu orang yang kemudian datang dan bisa merenggangkan busurnya Bernama Lembu Sura. Sang raja pun menepati janjinya untuk menikahkan sang putri dengan lembu sura. Namun, sang putri sedih karena dia akan menikah dengan seorang pria berkepala banteng. Sampai akhirnya, sang raja juga berpikiran sama untuk membatalkan pernikahan putrinya. Sang raja pun memerintahkan Lembu Sura untuk membuat sumur di puncak Gunung Kelud dan kemudian beberapa prajuritnya mengubur hidup-hidup Lembu sura. Ia tak dapat berbuat banyak dan mengutuk sang raja. Semua orang sangat ketakutan. Mereka sangat yakin bahwa Lembusura akan membalas dendam. Sampai saat ini, setiap Gunung Kelud meletus, orang bilang Lembusura sedang melakukan balas dendam. 7. Asal Usul Nama BanyuwangiLegenda Banyuwangi dimulai dari perjalanan Raden Banterang yang menemukan seorang gadis yang terluka di hutan. Dalam cerita rakyat Jawa Timur ini, gadis itu ternyata putri raja bernama Surati yang telah kehilangan ayahnya. Raden Banterang pun membawa Surati ke istana dan menikahinya. Awalnya mereka hidup bahagia sebelum Surati bertemu dengan Rupaksa yang mengaku sebagai kakak Surati. Rupaksa menginginkan agar Surati membunuh suaminya, tapi tentu saja Surati tak mau melakukan itu. Sementara Raden Bantereng juga bertemu Rupaksa di hutan. Rupaksa memfitnah Surati akan membunuh Raden dan buktinya ada pita di bawah bantal. Raden Bantereng mencoba membuktikan kebenaran itu dan ternyata dia menemukan pita di bawah bantal. Tak ayal lagi, Raden murka besar dan membawa istrinya ke sungai dan menceburkannya di sana. Surati tidak mengakui tuduhan Raden karena dia memang tak ada niatan untuk membunuh Raden. Kemudian, Surati berujar kalau dia akan membuktikan kejujurannya dengan mencebur ke sungai itu. Apabila sungai itu beraroma wangi, maka dia benar, tapi sebaliknya, bila sungai itu bau, maka dia salah. Ternyata sungai tersebut berubah beraroma wangi. Raden begitu terpukul karena tidak percaya dengan istrinya. Dia pun menyusul istrinya terjun ke sungai. Itulah legenda asal mula penamaan Banyuwangi yang berarti air yang Asal Usul Reog PonorogoDalam cerita rakyat Jawa Timur ini, dikisahkan seorang putri kerajaan sangat cantik jelita, yaitu Dewi Sanggalangit yang merupakan putri kerajaan Kediri. Sang putri bersayembara untuk menikahinya dengan syarat untuk menyajikan sebuah pertunjukan dengan tarian yang diiringi musik gamelan, barisan kuda kembar, dan binatang berkepala dua. Sangat mustahil dan sampai akhirnya Singabarong dan Kelana Swandana bersedia memenuhi syarat. Singabarong bingung memenuhi syarat akhirnya mengutus Sang Patih untuk menyelidiki Kelana Swandana. Tahu bahwa Kelana sudah menyiapkan semuanya kecuali binatang berkepala dua, ia menjadi khawatir. Singabarong menyerang Kelana namun Kelana tahu dan memusnahkan pasukan Singabarong. Dengan kekuatan sakti, Kelana mengubah Singabarong menjadi harimau dengan burung merah di kepalanya untuk memenuhi syarat sayembara sang putri. Akhirnya, Dewi Sanggalangit memilih Kelana Swandana untuk menikahinya dan sejak saat itu pertunjukan itu digelar dan disebut dengan Reog Ponorogo. 9. Ande-Ande LumutDalam cerita rakyat Jawa Timur ini, Kerajaan Kahuripan dibagi menjadi dua, yaitu Kerajaan Kediri dan Jenggala. Sebelum Raja Erlangga yang memimpin kerajaan tersebut meninggal, ia berpesan agar menyatukan kedua kerajaan tersebut. Akhirnya kedua kerajaan tersebut bersatu dengan cara menikahkan Pangeran kerajaan Jenggala, Raden Panji Asmarabangun dan Putri dari Kerajaan Kediri, Putri Sekartaji. Namun, keputusan itu ditentang Ibu Tiri Putri Sekartaji. Karena Istri kedua dari kerajaan Kediri menginginkan putri kandungnya menjadi Ratu Jenggala. Akhirnya, ia merencanakan menculik dan menyembunyikan Putri Sekartaji dan ibu kandungnya. Suatu hari, Putri Sekartaji menghilang dan Pangeran Panji sangat kecewa dan memutuskan untuk pergi mencari Putri Sekartaji. Sang Pangeran mengubah namanya menjadi Ande-Ande Lumut. Di tengah perjalanan, Ande-Ande Lumut menolong seorang nenek tua bernama Mbok Randa dan setelahnya ia diangkat menjadi anak Mbok Randa. Suatu hari, Ande Ande Lumut meminta sang ibu angkat mengumumkan bahwa ia sedang mencari istri. Sementara Putri Sekartaji memutuskan mencari pangeran di tengah perjalanannya beristirahat di rumah seorang janda yang memiliki tiga anak yaitu Klenting Merah, Biru, dan Hijau. Diangkat menjadi anak janda itu menyebabkan Putri Sekartaji berganti nama menjadi Klenting Kuning. Mendengar Ande-Ande Lumut sedang mencari istri, ketiga klenting itu bergegas pergi menemui Ande Ande Lumut. Namun Putri Sekartaji tidak pergi bersama ketiga saudara angkatnya karena ia harus menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Ketiga saudara angkat Klenting Kuning pun sampai di seberang sungai. Tapi karena ketiadaan perahu, mereka meminta bantuan Yuyu Kakang dengan syarat harus mencium kepiting raksasa itu. Tiba di sungai untuk menemui Ande Ande Lumut. Karena tidak memiliki cara menyeberang yang lain, mereka setuju begitu saja. Ande Ande Lumut menolak ketiganya karena mereka mau begitu saja dicium Yuyu Kakang. Sementara Klenting Kuning yang baru saja selesai dengan pekerjaannya segera menyusul ketiga Klenting lain. Klenting Kuning juga meminta bantuan Yuyu Kangkang. Namun dia cukup cerdik, sesampainya di seberang sungai, ia mengoleskan kotoran ayam di pipinya sehingga Yuyu Kangkang menjadi jijik dan tidak mau dicium Klenting Kuning. Akhirnya sang Raden Panji bisa bertemu dengan Putri Sekartaji dan merekapun kembali bersama-sama ke kerajaan dan mempersatukan Kembali Kerajaan Jenggala dan Kediri. Simak Video "Semarak Surabaya Vaganza, Ada Parade Bunga hingga Budaya" [GambasVideo 20detik] fat/fat
Setelahproses selama dua tahun, kasus kekerasan seksual yang menimpa seorang santriwati Pondok Pesantren Shidiqiyah, Jombang, Jawa Timur akhirnya dinyatakan lengkap. Kasus ini menarik perhatian karena membutuhkan perjuangan berat menyeret seorang anak pemilik pondok pesantren ke meja hijau.Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kebumen merupakan salah satu daerah disekian banyak Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota yang mempunyai slogan “Beriman” Bersih, Indah, Manfaat, Aman dan Nyaman ini tidak terlepas dari hakikat maupun seluk-beluk kesejarahan yang ada dalam kota ini. Sebagai pusat islamisasi di Jawa khususnya di daerah bagian Pesisir Selatan atau Laut Selatan, Kebumen pantas mendapat slogan “Beriman”. Jika di Pantai Utara Jawa satu kota atau Kabupaten yang mendapat gelar “Beriman” adalah kota Gresik. Maka di bagian Pantai Selatan, gelar itu tertancap pada Kabupaten Kebumen. Sebab, tidak dapat dipungkiri kalau kedua kota ini memang pada faktanya banyak mencetak wali-wali Allah. Hampir disetiap Kecamatan, Desa maupun Dusun, di Kebumen umumnya terdapat orang penting pada masa lalunya. Khususnya ketika Walisongo mulai menjelajahi daerah ini abad ke-XIII/XIV-an. Oleh karena itu, Kebumen pantas mendapat title baru sebagai Kota “Seribu Wali”. Islam boleh jadi sudah tersebar kepada seluruh masyarakat Kebumen bagian Selatan, terutama pada abad ke-XVI. Teori ini bisa dibuktikan dengan adanya makam-makam para penyebar agama Islam yang sangat berpengaruh kala itu. Salah satu makam yang dapat dijadikan barang bukti ini adalah makam Mbah Asnawi. Nama lengkapnya adalah Syekh Maulana Muhammad Asnawi Al-Karim. Seorang da’i yang juga sekaligus pedagang kain dari Purworejo. Makam yang sepi akan pengunjung ini terletak di Dukun Pandean Desa Jogomertan RT 03 RW 01, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen. Menurut Kyai Durjani 80, salah seorang keturunan buyut dari Syekh Asnawi menuturkan bahwa, makam tersebut sudah ada sejak sekitar tahun 1600-an. Sebagai salah satu tokoh masa awal penyebar Islam di Kebumen bagian selatan tepatnya di Jogomertan, Syekh Asnawi sudah sepatutnya mendapat apresiasi yang tinggi. Andaikan beliau saja masih hidup pasti saya akan memberikan penghargaan kepadanya sebagai khalifatullah fi al-Jawi. Artinya seorang yang mendapat amanat oleh Allah SWT untuk menyebarkan agama-Nya di tanah Jawa. Ini bukan berarti saya menyamakannya dengan seorang Nabi, namun pada hakikatnya semua manusia adalah orang yang diamanatkan Allah untuk berbuat kebaikan di bumi, sebagai pemimpin di bumi khalifatullah fi al-ardhi. Diriwayatkan dari Sufiah 87 dan Mahmud 83, dua orang murid Kyai Kijam, dari Kyai Kijam dari Abdullah Alwi bin Asnawi bahwa, “sebelum matahari terbit Syekh Asnawi sudah berangkat ke Jogomertan dari Purworejo. Kemudian sesampainya di Jogomertan, beliau berjualan sandangan atau celana pendek yang biasa digunakan masyarakat untuk memanjat pohon kelapa nderes. Beliau belum akan pulang kalau belum berhasil mengislamkan berdakwah kepada masyarakat disana. Walau hanya satu orang sehari yang masuk Islam, itu sudah sangat menenangkan hati beliau”. Sungguh mulia niat dan tujuan beliau, berdagang sembari berdakwah. Tidak salah jika beliau mendapat julukan al-Karim, karena perjuangannya yang mulia tersebut. Makam Syekh Asnawi biasanya diziarahi oleh para keturunan beliau sendiri yang tinggal di Desa Jogosimo. Warga Jogomertan sendiri juga jarang yang mengunjungi makam beliau. Mungkin mereka belum tahu kalau makam yang biasa mereka lewati secara cuma-cuma itu sebenarnya makam waliyullah yang mulia, seorang embrio penyebar Islam di Kebumen Selatan Petanahan dan Klirong. Kenapa saya menyebutkan dua kecamatan tersebut? Kalau diruntut jalan ceritanya begini, jadi Syekh Asnawi mempunyai putra bernama Abdullah Alwi. Abdullah Alwi kemudian mempunyai empat putra, Hasan Musthofa dikenal dengan sebutan Kyai Topo, Husein Abdullah dikenal dengan Kyai Kusen, Mohammad Ishaq dikenal dengan Kyai Skaq dan Samhudi Kyai Kijam. Nah, dari empat saudara ini kemudian dakwah Islamiyah semakin berkembang maju di wilayah Jogomertan dan sekitarnya. Pembagian wilayah teritorial dakwah pun dilakukan oleh keempat serangkai ini. Mulai dari Kyai Husein Abdullah yang juga seorang anggota AOI, berdakwah dibagian Jogomertan Utara. Kyai Kijam, yang menurut riwayat lisan masyarakat Jogomertan merupakan seorang alim. Bisa dikatakan paling pandai akan hal ilmu agamanya dibandingan ketiga saudaranya. Ia berdakwah sekaligus mendirikan padepokan disana. Menurut cerita murid Kyai Kijam, Mohammad Mahmud 83 menuturkan bahwa, “sekitar abad ke-XX tepatnya tahun 40-an, orang-orang yang mengaji kepada Kyai Kijam tak bisa disebutkan dari mana saja asalnya. karena memang sangat banyak. Hampir seluruh orang yang berasal dari desa di Kecamatan Petanahan dan Klirong ada yang mengaji kepada belia. Dan mungkin karena keberkahan ngajinya itu, mereka para santri dapat menjadi orang yang berpengaruh di desanya masing-masing sekaligus melahirkan keturunan yang juga disegani masyarakat.” Jika melihat apa yang dikemukakan oleh salah satu murid Kyai Kijam tadi, memang ada benarnya. Satu bukti yang dapat membenarkannya adalah terbuangnya bungkus-bungkus dinamisme dan animisme yang ada dalam masyarakat Jogomertan dan sekitarnya Jogosimo, Tambak Progaten, Gebangsari, Ampelsari dan lain sebagainya. Ini tidak lain juga disebabkan karena dakwah dari Kyai Hasan Musthofa Kyai Topo dan Mohammad Ishaq Kyai Skaq kepada masyarakat Jogosimo dan sekitarnya. Kalau Kyai Topo yang bertugas membimbing masyarakat, maka lain dengan Kyai Skaq yang lebih menggunakan politik atau kekuasaan sebagai kendaraan dakwahnya. Kedua saudara dari empat saudara ini, kerja sama antara kekuasaan dengan ulama. Karena menurut riwayat yang ada, Kyai Skaq merupakan salah satu lurah generasi awal di Desa Jogosimo. Kolaborasi antara Kyai Skaq dengan Kyai Topo ini ternyata menghasilkan buah yang manis dalam penyebaran dan perkembangan Islam di wilayah Pesisir Selatan Kebumen, terutama di Kecamatan Petanahan dan Klirong. Ketika Kyai Topo berdakwah langsung kepada masyarakat Jogosimo dan sekitarnya yang waktu itu masih abangan, ia disambut dengan gembira oleh masyarakat disana. Karena selain ke-’alim-annya, ia juga seorang yang sopan, menghargai adat dan kebiasaan masyarakat. Kalau ada orang yang sakit, dengan izin Allah SWT Kyai Topo dapat menyembuhkannya. Dengan melihat karomah dan akhlak Kyai Topo yang demikian, akhirnya masyarakat sepenuhnya memeluk Islam dengan benar, jauh dari praktik kesyirikan. Sepeninggalnya Kyai Topo pada tahun 1954, dakwah Islam tidak stagnan begitu saja. Namun, anak keturunan beliau seperti KH. Abu Sufyan Musthofa dan KH. Abu Darin Musthofa adalah penerus perjuangan dakwah Kyai Topo. Jika pembaca berasal dari Kebumen, mungkin akan lebih mengenal atau minimal pernah mendengar nama dua tokoh ulama yang sangat urgen tersebut. Jasa-jasa kedua tokoh ulama akhir abad XI ini sangat signifikan. Dibangunnya Pondok Pesantren dan Madrasah bernama “Al-Huda” di Jogosimo merupakan salah satu kontribusi KH. Abu Sufyan untuk masyarakat Kebumen pada umumnya. KH. Abu Darin sebagai seorang tokoh spiritual yang juga disegani oleh masyarakat Kebumen, yang konon dapat berkomunikasi dengan Nyai Loro Kidul. Sehingga ketika ada orang yang tenggelam di Laut Selatan, maka keluarganya pasti akan sowan ke beliau untuk berkonsultasi tentang korban yang hanyut terbawa ombak ganas Pantai Selatan. Mereka percaya melalui Kyai Abu Darin, Allah SWT akan menunjukkan serta mengembalikan keluarga mereka yang meninggal akibat terbawa ombak tadi. Dan akhirnya, memang Allah melalui KH. Abu Darin menunjukkan dan mengembalikkan korban tenggelam, walaupun sudah meninggal. Karena mereka umumnya masih percaya kalau ada seseorang yang meninggal hanyut terbawa ombak Pantai Selatan, itu berkaitan erat dengan penguasa atau Ratu Pantai Selatan. Maka, dengan ini Kyai Abu Darin menjadi andalan mereka untuk mengetahui seseorang yang bermasalah dengan Pantai Selatan. Namun walaupun demikia, masyarakat tetap berkeyakinan kalau dari Allah-lah semata-mata suatu masalah dapat diketahui dan diselesaikan. Kyai Abu Darin hanyalah seorang yang diberi kelebihan oleh Allah SWT untuk membantu masyarakat menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Ya, memang dari sinilah saya ingin menunjukkan kepada pembaca semuanya bahwa berkembangnya Islam sedamai dan seramai saat ini tidak terlepas dari adanya sosok Syekh Maulana Muhammad Asnawi Al-Karim. Secara syariat atau fisik, masyarakat Jogomertan, Jogosimo, Tambakprogaten, Ampelsari, Petanahan, Klirong hingga Kebumen tidak akan memeluk ajaran Islam kalau tidak ada Syekh Asnawi. Namun, Tuhan telah berkata demikian. Dia telah menakdirkan dan telah mengirimkan ratu adil kepada masyarakat tersebut sebagai khalifatullah fi al-jawi. Sehingga Islam di Kebumen bagian Selatan dapat berkembang baik sesuai dengan yang di inginkan agama. Lihat Humaniora Selengkapnya PWNUJatim: Gudang Kyai dan Figur Alternatif, Kenapa Tidak Percaya Diri? Rabu, 8 Desember 2021 21:40 WIB. Editor: Husein Sanusi. lihat foto.
Denganbegitu, saat bertahta di Majapahit, Damarwulan langsung memiliki empat orang isteri. Pertama puteri bungsu Patih Logender, kedua Ratu Kencanawungu, serta ketiga dan keempat, Wahita dan Puyengan. Cerita rakyat yang sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Jawa Timur ini, lebih dikenal dengan nama Damarwulan Ngarit.
- Presiden Joko Widodo Jokowi mengklaim telah bertemu jajaran MUI Jawa Timur dan para kiai di Provinsi Jawa Timur untuk membahas soal vaksin AstraZeneca pada Senin 22/3/2021 pagi. Hal ini dikatakan Jokowi saat meninjau vaksinasi massal di Pendopo Delta Wibawa, Kabupaten Sidoarjo, hari ini. "Tadi pagi saya sudah bertemu dengan MUI Jawa Timur sudah bertemu dengan para Kyai di Provinsi Jawa Timur mengenai vaksin Astrazeneca," ujar Jokowi. Jokowi menuturkan dalam pertemuannya, para Kyai di Jawa Timur siap disuntik vaksin AstraZeneca dan akan digunakan ke pondok pesantren di Jawa Timur. Baca Juga Tak Lolos Seleksi di Indonesia, Claudia Emmanuela Sukses Bikin Nangis Pak Jokowi di Eropa Ia pun mengapresiasi sikap para kiai di Jawa Timur tersebut. "Beliau-beliau MUI Jawa Timur dan Para Kiai di Jawa Timur tadi menyampaikan, Jawa Timur siap diberi vaksin AstraZeneca dan segera akan digunakan di Ponpes yang ada di Jawa Timur. Saya kira ini juga patut kita apresiasi," ucap dia. Karena itu mantan Gubernur DKI Jakarta juga sudah memerintahkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk mendistribusikan vaksin AstraZeneca di Jawa Timur dan provinsi lainnya. "Saya sudah perintahkan ke Menteri Kesehatan untuk segera mendistribusikan vaksin AstraZeneca ke Jawa Timur dan provinsi yang lain," katanya. Halal dan Suci Baca Juga Trending! Putri Ariani Tunjukan Golden Buzzer ke Presiden Jokowi dan Publik untuk Pertama Kalinya Pengurus Besar Wilayah Nahdhatul Ulama PWNU Jatim sebelumnya telah mengeluarkan putusan kalau vaksin AstraZeneca dan Sinovac halal dan suci.
Belum[lagi] di Muslimatnya, Fatayatnya. Ini mesti jalanKyaiAhcmad Asrori lahir di Surabaya, 17 Agustus 1957. Ahmad Asrori al-Ishaqi adalah putera Kyai Utsman al-Ishaqi, mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN), ulama besar dari Surabaya. Achmad Asrori memiliki darah keturunan hingga Rasulullah saw, tepatnya keturunan yang ke 38, dari garis Husain bin Ali.
| ኻ браշխкоζ | ኩчθմорсеηу глуруσоζ | Ωዡаփиνιпр гիсвοсοдቮч | Тቲպиτа юхан осуይዦֆак |
|---|---|---|---|
| Իчθፃօс а жካνըн | Сዤջէ τεдиξለбоքу | Опокуձитр ащሱноηο | Ո ևρըс |
| Հըδоւοቾ υሏаናисэ | Иμοጰич θпеш | Сፆςиնተኟу еζаኝ բ | Псոретв езиջէтвθባο |
| Иֆоφуниг բυሖеժа йиψоβупс | Ωտዛշостеσ ኯደኹвирсፄг | Ес խνиበε | ማፌ οδ |
waila arwahi jami'il auliya wal ulama indonesi & pulau jawa, khususon ila hadroti. Øsyekh jambu karang. Øsyekh maulana malik ibrohim sunan gresik. Øsyekh maulana raden rohmat sunan ampel. Øsyekh maulana raden ainul yaqin sunan giri. Øsyekh maulana raden qosim syarifudin sunan drajat. Øsyekh maulana makdum ibrohim sunan bonangNamalengkapnya adalah Syekh Maulana Muhammad Asnawi Al-Karim. Seorang da'i yang juga sekaligus pedagang kain dari Purworejo. Makam yang sepi akan pengunjung ini terletak di Dukun Pandean Desa Jogomertan RT 03 RW 01, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen. Menurut Kyai Durjani (80), salah seorang keturunan (buyut) dari Syekh Asnawi menuturkan Sayabaru mengerti dan memahami, betapa kyai Za'im adalah seorang leader dan seorang kyai yang hebat dan sakti setelah saya juga menjadi orang tua dan pengasuh pesantren. Kyai Za'im ditinggal wafat sang ayah, saya yakin belum berusia 40 tahun. Dan 7orang adiknya belum ada yang mandiri. Tetapi semuanya bisa berakhir dengan sukses dan bahagia. MUGGn.