Melaluimata kuliah pengendalian mutu produk pangan (PMP), dapat diketahui pangan tersebut diterima atau tidak di masyarakat, lewat uji penerimaan atau uji sensori. Menurut Dosen Fakultas Biologi UKSW, Dra Lusiawati Dewi MSc, mengatakan uji tersebut dinamakan uji hedonik, sebuah pengujian dalam analisa sensori organoleptik.
Riset produk dan pengembangan produk Evaluasi kualitas dan sifat pengolahan makanan Produksi makanan dengan tekstur yang diinginkan pengujian berbagai resep dan bahan serta pengaruhnya terhadap produk selama proses produksi Perbandingan produk Untuk optimalisasi produk, bahan baru atau alternatif dapat dibandingkan dengan bahan yang sudah ada, atau produk sendiri dapat dibandingkan dengan pesaing pembanding Menentukan pengaruh kemasan terhadap kualitas pangan Pengujian kualitas Barang masuk cek Toleransi dapat ditentukan dan barang masuk diperiksa untuk pengiriman. Perubahan atau variasi kualitas produk dari masing-masing produsen dapat dilacak dengan mudah. Sebelum dan selama produksi Menentukan perubahan struktural produk selama proses produksi dan pengaruh perubahan yang dilakukan terhadap komponen proses, misalnya suhu, kelembaban, dan waktu memasak / memanggang. Kontrol kualitas selama produksi atau produk jadi untuk memastikan kualitas yang konsisten. Transportasi / penyimpanan dampak penyimpanan dapat dievaluasi dengan menentukan stackability, firmness, shelf life dan durability. Kesegaran di POS tempat penjualan dan daya tahan di rumah konsumen apakah karakteristik produk dapat dipertahankan hingga akhir masa simpan? Die ini sebagian besar digunakan untuk uji penetrasi untuk menentukan kekerasan makanan. Tes ini digunakan secara luas dan dapat digunakan untuk banyak makanan. Memilih cetakan yang sesuai adalah hal mendasar cetakan silinder memberikan tegangan tekan ke permukaan dan tegangan geser ke tepi dan luas permukaan luar. Ball die dimulai dengan gaya vertikal dan selama pengujian semakin banyak gaya horizontal yang ditambahkan. ZwickRoell menawarkan indenters dalam berbagai bentuk, ukuran, dan bahan untuk memenuhi semua kebutuhan Anda. Untuk penentuan kekencangan roti menurut AACC74-09 die silinder memampatkan irisan roti hingga 40% dalam dua siklus. Pada kompresi 25% CFV nilai gaya kompresi telah ditentukan. Kekuatan gel menurut Bloom GME Monograph 2005, ISO 9665 diukur oleh banyak produsen dan pengolah gelatin. Kekuatan gel dalam gram Bloom adalah massa yang diperlukan untuk menekan plunger standar 4 mm ke dalam gel. Metodenya meliputi persiapan spesimen yang komprehensif dalam stoples Bloom khusus. Karakteristik menggigit, kerenyahan, kekencangan makanan. Sel geser Kramer mensimulasikan satu gigitan makanan dan memberikan informasi tentang karakteristik gigitan, kerenyahan dan kekencangannya. Digunakan untuk produk daging dan ikan, buah dan sayuran berukuran kecil, serta untuk sereal dan makanan ringan seperti keripik kentang. Pisau 5 atau 10-geser bergerak dengan kecepatan konstan melalui material spesimen, mengompresi, memotong, dan mengekstrusi melalui alas yang berlubang. Pengujian dilakukan pada jumlah sampel yang telah ditentukan. Beberapa bilah memberikan pengukuran untuk beberapa posisi pada waktu yang sama, mengkompensasi penyimpangan tekstur lokal. Dalam uji Warner Bratzler, sebuah pisau memotong spesimen. Perilaku geser memberikan informasi tentang ketangguhan dan kelembutan produk daging dan ikan, kerenyahan sosis, serta ciri gigitan kue dan pastri. Pisau lurus terutama digunakan untuk spesimen persegi panjang dan pisau berlekuk untuk spesimen bundar seperti sosis. Karena reprodusibilitas hasil yang baik, uji ini banyak digunakan. Dalam uji lentur 3 titik, spesimen terletak pada dua landasan dan dibebani secara terpusat dengan landasan atas. Rentangnya dapat disesuaikan dengan spesimen. Pengujian ini sangat ideal untuk produk brittle, yang diproduksi dengan ukuran spesimen yang identik, misalnya wafel, kue, batang coklat, dan produk mie. Kekuatan lentur dan kekuatan patah, kemampuan retak dan kerapuhan memungkinkan kesimpulan yang diambil untuk resep yang berbeda. Selanjutnya Anda dapat menganalisis pengaruh kelembaban, waktu dan suhu pemanggangan serta pengemasan dan penyimpanan terhadap karakteristik produk. Juga untuk penentuan perilaku penumpukan Dalam uji kompresi, spesimen lebih kecil dari cetakan kompresi. Bahkan di bawah kompresi, spesimen tidak boleh melewati tepi dari die. Pengujian kompresi dilakukan pada spesimen brittle untuk mengetahui kerapuhan, kesegaran, dan kekerasan spesimen seperti permen, biji kopi, atau buah untuk penentuan perilaku susun. Pengujian dilakukan sebagai prosedur siklik pada benda uji elastis seperti roti, kue, keju, ikan, dan marshmallow Spesimen dikompresi dua kali hingga derajat tertentu dan kemudian telah terkompresi. Perilaku kompresi dan pemulihan menunjukkan kekencangan, kekakuan, derajat kematangan, dan sifat visko-elastis. Sel OTMS Ottawa Texture Measuring System menentukan kekencangan produk dengan kompresi dan ekstrusi. Ini digunakan untuk menentukan karakteristik seperti kematangan, kelembutan, kerenyahan atau pekerjaan ekstrusi pada jumlah sampel yang ditentukan. Metode ini cocok untuk produk yang mudah diekstrusi seperti sayuran kaleng, keju krim, dan pâté. Ini juga dapat digunakan untuk ekstrudat dan sereal. Berbagai pelat ekstrusi dan sisipan reduksi untuk mengurangi volume membuatnya mudah untuk menyesuaikan perlengkapan ke bahan spesimen yang berbeda. Pengukuran gaya kompresi murni dimungkinkan dengan penggunaan pelat penyegel. Beberapa proses pembuatan secara bertahap memecah jaringan kristal lemak pada lemak seperti mentega dan margarin. Perubahan material ini diukur dengan pekerjaan pelunakan atau kekerasan yang tersisa. Die ekstrusi belakang dengan banyak lubang mengekstrusi lemak dalam beberapa siklus. Pengujian menentukan kekerasan yang tersisa setelah jumlah siklus yang ditentukan atau jumlah siklus yang diperlukan untuk mencapai kekerasan tersisa yang telah ditentukan. Dengan urutan pengujian lainnya, perlengkapan tersebut juga digunakan untuk es krim, keju segar, atau pasta yang dimasak. Perpanjangan, elastisitas, lengketnya adonan dan gluten Uji tarik adonan adalah uji tarik skala mikro hanya diperlukan sedikit tepung atau adonan. Pengujian tersebut menentukan karakteristik pemrosesan, kelenturan, elastisitas, dan kekakuan adonan dan glutens. Ini berguna untuk perbandingan tepung dan bahan kue yang berbeda serta untuk menentukan pengaruhnya terhadap makanan yang dipanggang. Berbagai resep, jenis dan waktu pengolahan serta bahan tambahan dapat ditingkatkan untuk mencapai produk akhir yang optimal. Sebagai alternatif, pengikat dapat digunakan untuk menentukan karakteristik elastis dari permen karet. Alat uji ini digunakan untuk menentukan kekencangan mentega menurut ISO 16305. Dalam pengujian ini kawat baja tahan karat memotong kubus mentega yang sudah ditentukan. Uji ini sangat bergantung pada suhu dan dilakukan dengan metode standar dalam wadah air dengan temperature sedang. Pemotong mentega juga digunakan untuk penentuan kekuatan pemotongan keju, telur, sayuran, dan buah. Kematangan buah / sayur, kekerasan kulit Uji penetrasi, juga disebut "puncture tes" atau "penetrasi paksa", sering digunakan untuk menguji tingkat kematangan buah dan sayuran serta kekuatan kulit. Jarum suntik didorong ke dalam spesimen hingga kedalaman tertentu. Tergantung pada kulit dan konsistensi pulpa, kurva yang khas muncul. ZwickRoell telah mengembangkan berbagai alat penguji kekerasan untuk ikan dan daging. Silinder kompresi dengan luas permukaan yang besar digunakan sebagai indentor untuk mengukur kekerasan sosis atau kesegaran ikan dan mendapatkan data kendali mutu yang sebanding. Makanan berubah karakteristiknya tergantung pada kelembapan dan suhu lingkungan. Sesuai dengan sensitivitas produk, mungkin perlu untuk memprakondisikan spesimen atau menguji di bawah suhu konstan yang ditentukan. Contohnya adalah pengujian es krim pada suhu penyimpanan -20 °C, atau pengujian keju pizza pada suhu sekitar +80 °C. ZwickRoell telah mengembangkan ruang suhu terutama untuk aplikasi ini untuk digunakan dengan penganalisis tekstur zwickiLine. Suhu terpisah atau temperature ruang juga tersedia sesuai dengan kebutuhan Anda. Anda memiliki produk dengan karakteristik yang mencolok dan ingin memilih metode pengujian yang paling sesuai? Hal tersebut membutuhkan alat uji atau perlengkapan yang unik. ZwickRoell dapat mengembangkan dan menghasilkan alat yang paling sesuai untuk produk dan metode pengujian Anda. Dan jika diperlukan, Anda akan menerima program perangkat lunak yang spesifik khusus untuk pelanggan yang digunakan untuk urutan tes dan hasil tes Anda. Dengan memutar video ini, Anda menyetujui penggunaan cookie serta transfer data ke YouTube di AS. Pemberitahuan privasi data tambahan. Temukan selengkapnya Simulasi perilaku mengunyah melalui kompresi dan ekstrusi dengan sel Ottawa sel OTMS Simulasi perilaku mengunyah melalui kompresi dan ekstrusi dengan sel Ottawa sel OTMS Dengan memutar video ini, Anda menyetujui penggunaan cookie serta transfer data ke YouTube di AS. Pemberitahuan privasi data tambahan. Temukan selengkapnya Analisis tekstur mie Analisis tekstur mie dengan mesin uji bahan ZwickRoell zwickiLine Dengan memutar video ini, Anda menyetujui penggunaan cookie serta transfer data ke YouTube di AS. Pemberitahuan privasi data tambahan. Temukan selengkapnya Analisis Tekstur Keju Analisis tekstur keju dengan mesin uji bahan ZwickRoell zwickiLine Dengan memutar video ini, Anda menyetujui penggunaan cookie serta transfer data ke YouTube di AS. Pemberitahuan privasi data tambahan. Temukan selengkapnya Analisis tekstur chip Analisis tekstur chip dengan mesin uji bahan ZwickRoell zwickiLine Dengan memutar video ini, Anda menyetujui penggunaan cookie serta transfer data ke YouTube di AS. Pemberitahuan privasi data tambahan. Temukan selengkapnya Analisis tekstur sosis Vienna Analisis tekstur sosis Vienna dengan mesin uji bahan ZwickRoell zwickiLine Dengan memutar video ini, Anda menyetujui penggunaan cookie serta transfer data ke YouTube di AS. Pemberitahuan privasi data tambahan. Temukan selengkapnya Analisis tekstur apel Analisis tekstur dengan mesin uji zwickiline material ZwickRoell Dengan memutar video ini, Anda menyetujui penggunaan cookie serta transfer data ke YouTube di AS. Pemberitahuan privasi data tambahan. Temukan selengkapnya Uji lentur 3 titik pada crispbread Uji lentur 3 titik pada crispbread dengan mesin uji bahan zwickiLine Dengan memutar video ini, Anda menyetujui penggunaan cookie serta transfer data ke YouTube di AS. Pemberitahuan privasi data tambahan. Temukan selengkapnya Analisis tekstur hamburger / bakso dengan sel geser Kramer Analisis tekstur dengan mesin uji bahan ZwickRoell zwickiLine, uji dengan sel geser Kramer Ekstraksi spesimen harus selalu dilakukan di lokasi yang sama, misalnya ekstraksi keju harus selalu dilakukan pada jarak yang sama dari kulit buah. Arah pengambilan spesimen harus diperhatikan jika bahan uji memiliki struktur seperti serat pada daging anisotropi. Tepi kasar yang dihasilkan dari alat pemotong tumpul meningkatkan ketidakhomogenan spesimen, sehingga mempengaruhi jalannya pengujian, misalnya pecahnya pasta mi dan lasagna. Pemotongan paralel juga penting untuk distribusi tegangan yang homogen selama pengujian lihat gambar. Beban harus diterapkan pada sampel sehingga hanya pengaruh yang diinginkan yang disertakan dalam hasil pengujian. Ini paling baik dijelaskan dengan menggunakan apel sebagai contoh lihat gambar 3. Kami mencari dan menemukan solusi pengujian yang optimal untuk setiap kebutuhan Anda. Hubungi pakar industri kami. Kami berharap dapat mendiskusikan kebutuhan Anda. Hubungi kami
Prosespengujian harus mencakup: Nilai gizi untuk mengurangi risiko pelabelan dan memberikan pemantauan kualitas yang nyata Pengukuran kualitas produk untuk membuktikan bahwa produk dapat diterima oleh konsumen dalam hal nutrisi, tingkat mikroba, keamanan, penampilan, tekstur, dan lainnya
Kemasan memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas isinya dan juga mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Kedua faktor tersebut merupakan tantangan utama untuk desain produk, terutama yang menyangkut kemasan makanan. Kemasan barang lain juga harus memenuhi berbagai persyaratan tambahan tergantung jenis dan fungsinya, misalnya kemasan kosmetik, obat-obatan, bahan kimia, kemasan transportasi palet dan peti, kemasan industri tas curah, kontainer, barel, peralatan elektronik, dan barang konsumsi. Brosur Industri Makanan & Pengemasan PDF 2 MB DE EN Penentuan sifat gesekan kemasan spaghetti dengan mesin uji bahan zwickiLine Kami mencari dan menemukan solusi pengujian yang optimal untuk setiap kebutuhan Anda. Hubungi pakar industri kami. Kami berharap dapat mendiskusikan kebutuhan Anda. Hubungi kami
Produkpangan fermentasi adalah proses yang melibatkan mikroorganisme sehingga menghasilkan suatu produk baru yang memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan. Mikroorganisme dapat merugikan suatu produk pangan apabila mikroorganisme tersebut bersifat patogen atau racun bagi tubuh manusia.
Pengujian sampel, petugas laboratorium, adalah ibarat jantung dalam tubuh atau dapur dalam suatu rumah. Oleh karenanya, peranan pengujian ini dalam dalam mendukung pengawasan obat dan makanan di Indonesia adalah vital, tidak dapat dianggap sebelah zaman dan teknologi ternyata telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan produksi obat dan makanan yang sangat pesat di dunia. Oleh sebab itu, peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia SDM menjadi tantangan nomor wahid. Ditemukan dan diproduksinya berbagai macam bahan tambahan pangan baik sintesis maupun alami, berbagai teknik sterilisasi makanan, aplikasi bioteknologi seperti teknologi modifikasi organisme berbasis molekular, dan lain sebagainya menyebabkan pentingnya seorang penguji laboratorium untuk meningkatkan kompetensinya terkait produk-produk dalam ruang lingkup pengujian mereka. Hal ini penting untuk dapat mengetahui potensi ketidakamanan suatu produk yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang termasuk proses produksinya, yang kemudian akan menentukan arah pengembangan metode pengujian yang diperlukan untuk mendeteksi tingkat ketidakamanan tersebut dan/atau potensi pemalsuan suatu produk. Tentu saja pengembangan metode pengujian tersebut harus jalan beriringan dengan standar keamanan yang dipersyaratkan untuk suatu produk. “Melompat” atau Jalan di TempatPenguji laboratorium harus berupaya “melompat” untuk mengejar ketinggalan atau update dengan perkembangan terkini di negara-negara maju. Jika pada metode tertentu tidak tersedia metode Internasional dan nasional yang sesuai, maka penguji harus mencari atau memodifikasi metode yang cocok untuk dikembangkan di laboratorium. Untuk produk tertentu, harmonisasi metode sangat diperlukan untuk mencegah perbedaan hasil antar laboratorium. Berbagai perkembangan teknologi diyakini mampu mengatasi permasalahan pangan dan kesehatan di dunia. Berdasarkan Prianto et al. 2017, ketidakseimbangan jumlah penduduk di dunia dan ketersediaan pangan memicu dikembangkannya Genetically Modified Organism GMO. Herawati 2016 dalam tulisannya menyebutkan bahwa semakin bervariasinya penyakit pada masyarakat modern, memunculkan pengembangan produk biofarmasi berupa rekombinan protein terapetik, antibodi dan hormon menggunakan sel-sel hidup dengan memanfaatkan teknologi DNA rekombinan. Sejalan dengan perkembangan produk biofarmasi, penelitian terhadap aplikasi stem cell untuk berbagai terapi pengobatan penyakit, salah satunya seperti yang dilaporkan Zakrzewski et al. 2019, atau teknik pengeditan genom berbasis molekuler yang ditemukan hampir sepuluh tahun lalu digadang-gadang sangat berpotensi untuk diterapkan dalam bidang pertanian produksi GMO, farmasi dan pengobatan seperti pada pengobatan cancer, infeksi virus hingga mengatasi masalah mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik, seperti yang dilaporkan oleh Li et al. 2020 dan Gholizadeh et al. 2020. Teknik pengeditan genom bahkan diklaim mampu diaplikasikan untuk memodifikasi calon bayi yang ingin dilahirkan seperti ingin bermata birukah, ingin berhidung mancungkah atau menghilangkan berbagai penyakit keturunan yang tentu saja telah memunculkan banyak kontra karena melanggar etika dan hak asasi calon bayi tersebut, walau tidak sedikit pula yang mendukung. Penelitian aplikasi bioteknologi tersebut sudah banyak sekali dilakukan, beberapa juga sudah beredar dan selebihnya mungkin hanya menunggu waktu yang tepat untuk meluncur kehadapan publik. Beberapa contoh tersebut memang berbau klinis, namun siapapun yang akan mengawasi keamanannya haruslah mulai bersiap-siap. Peningkatan Kapasitas LaboratoriumSetelah dikuasainya ilmu, peningkatan kapasitas laboratorium seperti pemenuhan kebutuhan alat, pereaksi dan baku pembanding menjadi tantangan selanjutnya. Penentuan spesifikasi alat akan bergantung pada pengetahuan yang dimiliki oleh user, dalam hal ini penguji. Namun, beberapa masalah klasik seperti tersedia atau tidaknya anggaran dan proses pengadaan barang atau jasa sedikit banyak juga akan mempengaruhi. Perencanaan yang baik merupakan kunci mengatasi kedua masalah klasik alat, pereaksi dan baku pembanding untuk mengakomodir pengujian semua jenis produk yang beredar akan berimbas pada membengkaknya anggaran negara yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kapasitas laboratorium harus ditingkatkan se-efektif dan se-efisien mungkin tanpa harus mengurangi kualitas dan kuantitas pengawasan obat dan makanan di Indonesia. Untuk Instansi pemerintah yang memiliki banyak cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, regionalisasi laboratorium mungkin menjadi pilihan yang paling tepat seperti yang akan dilaksanakan oleh BPOM. Balai Besar atau Balai POM dan Loka akan dikelompokkan dalam beberapa grup yang masing-masing kelompok akan bertanggung jawab atas beberapa ruang lingkup pengujian tertentu atau berbeda, sehingga mereka tidak harus membeli alat atau menguji produk yang sama dan dapat saling melengkapi satu sama lain. Indonesia dengan bentuk negara kepulauannya akan menjadi tantangan tersendiri. Metode sampling dan pengiriman sampel yang tepat serta sistem pelaporan yang mumpuni tentu harus disiapkan. Secara umum, semua masalah tersebut mungkin terjadi pada seluruh laboratorium pengujian yang ada di Indonesia, yang membedakannya mungkin hanya ruang lingkup pengujiaannya saja. Oleh sebab itu, meningkatkan kualitas jejaring yang sudah ada dengan laboratorium pengujian obat dan makanan lainnya, dan stakeholder terkait sangat penting untuk mempercepat pemerataan kapasitas laboratorium. Salah satu hal positif yang dapat diperoleh selama pandemi Covid-19 seperti ini yaitu terbukanya kesempatan bagi para penguji untuk dapat meningkatkan kompetensinya. Harus menjaga jarak fisik membuat menjamurnya webinar di seluruh dunia. Jika sebelum pandemi, kesempatan pelatihan hanya menjadi milik satu atau dua orang saja untuk setiap materi dan mungkin hanya beberapa materi yang dapat diakomodir dalam setahun karena mahalnya biaya pelatihan, maka dengan banyaknya webinar gratis telah membuka kesempatan seluas-luasnya bagi setiap orang untuk dapat belajar tanpa batas, minimal menguasai teori dan prinsip keilmuan. Materi webinar yang adapun juga sudah sangat bervariasi. Oleh karena itu, kesempatan ini sebaiknya dimanfaatkan sebaik-baiknya di sela-sela kesibukan yang ada. Marilah bersiap untuk kemajuan pesat ilmu teknologi dan sambutlah dengan gembira hal-hal positif yang dapat mengatasi permasalahan kesehatan di dunia walaupun harus menuntut kita untuk terus belajar dan aktif dalam meng¬-update perkembangan teknologi terkini demi kesehatan masyarakat Indonesia.
Aplikasi Aplikasi pengujian universal dalam rentang gaya kecil. Produk. Alat uji makanan. Industri makanan juga mencakup berbagai macam aplikasi, mulai dari analisis tekstur hingga pengujian viskositas. ZwickRoell menawarkan alat uji yang sempurna untuk setiap persyaratan pengujian. ke Alat uji makanan.
Tentang Prodia Food Health Laboratory Setelah berhasil melakukan pengembangan bisnis pada sektor klinik Prodia OHC Jakarta dan Cikarang sektor laboratorium lingkungan Prodia Indtox Lab, Prodia OHI resmi membuka Laboratorium baru yang berlokasi di Bali dengan berfokus pada pengujian makanan & bahan pangan. Dan pada tanggal 27 Agustus 2018 Prodia Food Health Laboratory secara resmi telah di buka. Prodia Food Health Laboratory adalah laboratorium pangan yang mengedepankan aspek-aspek kesehatan bahan pangan dengan segmen pasarnya adalah semua industri yang bersinggungan dengan bahan pangan atau makanan seperti Hotel, Restaurant, Industri F&B, Jasa Catering, Kantin Perusahaan, Penelitian Mahasiswa maupun untuk kalangan masyarakat awam. Manfaat Uji Lab Kualitas Air Minum, Air Bersih & Makanan Deteksi Food Borne Illness Penyakit yang disebabkan oleh makanan Mengetahui kandungan bahan tambahan yang terdapat pada makanan & air apakah sudah memenuhi persyaratan Memastikan kualitas makanan & air terhadap cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Tentang Prodia Food Health Laboratory Setelah berhasil melakukan pengembangan bisnis pada sektor klinik Prodia OHC Jakarta dan Cikarang sektor laboratorium lingkungan Prodia Indtox Lab, Prodia OHI resmi membuka Laboratorium baru yang berlokasi di Bali dengan berfokus pada pemeriksaan makanan & bahan pangan. Dan pada tanggal 27 Agustus 2018 Prodia Food Health Laboratory secara resmi telah di buka. Prodia Food Health Laboratory adalah laboratorium pangan yang mengedepankan aspek-aspek kesehatan bahan pangan dengan segmen pasarnya adalah semua industri yang bersinggungan dengan bahan pangan atau makanan seperti Hotel, Restaurant, Industri F&B, Jasa Catering, Kantin Perusahaan, Penelitian Mahasiswa maupun untuk kalangan masyarakat awam. Manfaat Uji Lab Pemeriksaan Kualitas Air Minum, Air Bersih & Makanan Deteksi Food Borne Illness Penyakit yang disebabkan oleh makanan Mengetahui kandungan bahan tambahan yang terdapat pada makanan & air apakah sudah memenuhi persyaratan Memastikan kualitas makanan & air terhadap cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Jenis Metode Pemeriksaan Uji Lab Prodia Food – Health Lab memiliki layanan untuk melakukan pengujian terkait bahan pangan & makanan diantaranya uji mikrobiologi, uji kimia, dan uji nilai gizi makanan. Uji Pemeriksaan Kualitas Air dan Makanan Secara Mikrobiologi TPC Total Plate Count Fungsi pemeriksaan TPC adalah untuk menunjukkan jumlah mikroba dalam suatu produk, dan bermanfaat untuk menunjukkan kualitas, kontaminasi, dan status higienitas produk pada saat proses produksi. Pemeriksaan ini dilakukan pada alat makan swab, alat masak swab, dan juga produk pangan, diantaranya Pasta, mi dan produk sejenis Daging, daging unggas dan olahannya Ikan dan produk perikanan,dll Yeast and Mold YM stau disebut juga Angka Kapang Khamir digunakan untuk mengecek kualitas pangan dan bahan pangan yang rawan ditumbuhi kapang dan khamir, diantaranya Tepung-tepungan, serealia dan olahannya, Roti dan produk bakeri; Rempah bumbu dan kondimen; Teh dan kopi bubuk, Kembang gula/ permen dan cokelat, dll Koliform Merupakan mikroba indikator, keberadaannya mengindikasikan adanya bakteri patogen lain. Pemeriksaan koliform menggunakan metode ISO 4832 2006 pour plate yaitu dengan cara teknik menghitung koloni setelah diinkubasi pada media padat pada suhu 30° C atau pada 37° C dengan bahan pangan yang sering dilakukan pemeriksaan antara lain Buah dan sayuran kering Acar dan sayuran asin Pemeriksaan kualitas air minum dalam kemasan Pasta, mi dan produk sejenis, dll. Strain patogen dapat mengakibatkan kasus diare berat karena endotoksin yang dihasilkannya. Pemeriksaan ini menggunakan metode ISO 72512005 Most Probable Number MPN, dengan bahan pangan yang sering dilakukan pemeriksaan antara lain Buah dan sayuran segar Produk bakeri Pasta, mi dan produk sejenis Daging, daging unggas dan olahannya, dll Uji Pemeriksaan Kualitas Air dan Makanan Secara Kimia Pemeriksaan kualitas air minum dan makanan secara kimia yang dapat dilakukan di Prodia Food – Health Lab antara lain Heavy Metal Food Additive Forbidden Material Uji proksimat & nilai gizi makanan Layanan Lainnya Selain layanan pemeriksaan kualitas air dan makanan, kami juga memiliki layanan lainnya seperti Medical Check Up, Manajemen klinik perusahaan, dan masih banyak lagi. Ingin Berkonsultasi Lebih Lanjut? Jika anda tertarik dengan produk dan layanan kami bisa menghubungi kami. Bisa juga berkonsultasi Ingin Berkonsultasi Lebih Lanjut? Jika anda tertarik dengan produk dan layanan kami bisa menghubungi kami. Bisa juga berkonsultasi Produkdegradasi terbentuk menjadi dua : 1. Hasil dekomposisi tidak menguap, yang tetap terdapat dalam minyak dan diserap oleh bahan pangan yang digoreng. 2. Hasil dekomposisi yang dapat menguap, yang keluar bersama-sama uap pada waktu lemak dipanaskan. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ketika datang ke industri makanan dan minuman, penting untuk memiliki sistem yang efektif untuk menandai dan mengkode produk dengan benar. Coding dan marking adalah praktik penting yang memungkinkan produsen makanan dan minuman untuk melacak produk mereka, memastikan keamanan konsumen, dan memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi praktik terbaik untuk coding dan marking pada produk makanan dan minuman, serta pentingnya mengoptimalkan proses ini untuk mencapai hasil yang terbaik. Mari kita mulai!1. Mengapa Coding dan Marking Penting? Keamanan KonsumenCoding dan marking memainkan peran penting dalam menjaga keamanan konsumen. Dengan adanya sistem yang efektif, produsen dapat melacak produk dari tahap produksi hingga penjualan, memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan cepat jika terjadi masalah seperti recall produk atau potensi kontaminasi. Dalam industri makanan dan minuman, di mana kualitas dan keamanan sangat penting, coding dan marking menjadi kunci untuk menjaga reputasi merek dan kepercayaan Kepatuhan Regulasi Produk makanan dan minuman harus mematuhi berbagai peraturan dan persyaratan yang ditetapkan oleh otoritas regulasi. Dalam hal ini, coding dan marking diperlukan untuk memenuhi persyaratan pelabelan produk, termasuk informasi nutrisi, tanggal kedaluwarsa, dan kode produksi. Dengan menerapkan praktik terbaik dalam coding dan marking, produsen dapat memastikan bahwa mereka mematuhi semua peraturan yang berlaku dan menghindari sanksi hukum yang dapat merugikan bisnis Praktik Terbaik untuk Coding dan Pilih Metode yang Sesuai Ada beberapa metode coding dan marking yang tersedia, termasuk cetak tinta, tinta laser, dan tinta tahan panas. Pilih metode yang sesuai dengan jenis produk makanan atau minuman yang Anda produksi. Misalnya, produk yang memiliki permukaan licin atau berkilau mungkin memerlukan tinta tahan panas untuk mencapai kualitas cetakan yang Gunakan Tinta Berkualitas TinggiTinta yang digunakan dalam coding dan marking harus berkualitas tinggi dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang mungkin terjadi selama transportasi atau penyimpanan. Pastikan untuk memilih tinta yang aman untuk digunakan dalam kontak dengan makanan dan minuman, serta tinta yang tahan air agar tidak luntur atau pudar seiring Tetapkan Kode yang Jelas dan Mudah DibacaKode yang ditandai pada produk harus jelas dan mudah dibaca oleh pihak yang berwenang, termasuk petugas kualitas, pedagang, dan konsumen. Pastikan untuk menggunakan huruf dan angka yang cukup besar dan jelas agar informasi dapat dibaca dengan mudah tanpa harus menggunakan peralatan khusus. Pilihlah gaya tulisan yang sesuai dengan ukuran dan bentuk kemasan produk Anda, sehingga kode dapat terlihat dengan Perhatikan Waktu dan Lokasi PencetakanPastikan waktu pencetakan kode pada produk makanan dan minuman Anda tepat dan konsisten. Tanggal kedaluwarsa dan informasi penting lainnya harus dicetak dengan akurat dan tidak terjadi kesalahan. Selain itu, pastikan lokasi pencetakan kode juga konsisten pada setiap produk. Hal ini memudahkan dalam pelacakan dan identifikasi produk jika terjadi masalah di masa Lakukan Verifikasi dan Pengujian Rutin Selalu lakukan verifikasi dan pengujian rutin terhadap sistem coding dan marking yang Anda gunakan. Pastikan bahwa kode yang dicetak sesuai dengan yang diharapkan, tinta tidak luntur atau pudar, dan peralatan pencetakan berfungsi dengan baik. Dengan melakukan pengujian berkala, Anda dapat menghindari kesalahan dan memastikan kualitas kode yang tercetak pada setiap Pertanyaan Umum1. Apakah coding dan marking hanya penting untuk produsen besar?Tidak, coding dan marking penting untuk semua produsen makanan dan minuman, baik besar maupun kecil. Hal ini membantu dalam melacak produk, menjaga keamanan konsumen, dan memenuhi persyaratan regulasi yang Apakah ada peraturan khusus yang mengatur coding dan marking pada produk makanan dan minuman?Ya, ada peraturan yang mengatur coding dan marking pada produk makanan dan minuman. Misalnya, beberapa negara mewajibkan mencantumkan informasi tanggal kedaluwarsa, kode produksi, dan label nutrisi pada kemasan Apakah ada risiko jika tidak melakukan coding dan marking dengan benar? 1 2 Lihat Entrepreneur Selengkapnya LembagaPengujian Produk Makanan BPOM. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah sebuah lembaga pemerintahan yang dikelola oleh Menteri Kesahatan. BPOM dapat diakses melalui layanan pengaduan konsumen yang nantinya akan menindak lanjuti obat dan makanan yang dikonsumsi masyarakat. Pengujian dilakukan dengan proses yang ketat. Mulai dari Regardless of the food product you’re developing, food manufacturers all share common goals – to produce structurally sound products of the highest quality, to offer foods that are competitive in taste, nutritional value, and price, and to ensure every product that reaches the consumer is 100% safe. It doesn’t matter how skilled and experienced your production team is – the only certain way to remain in compliance, protect your valuable consumers, and achieve success with your new product is through a rigorous food testing and analysis process. The importance of food testing for new products During the development of any new foods, testing must occur to gain a clearer understanding of the product’s performance and compliance to its label. This is crucial to a food manufacturer’s overall success. While the ingredients of each product are well-documented in any facility, nuances arise during manufacturing and must be accounted for to ensure the best, most accurate information about specific attributes that may affect product performance. Analysis of vital product traits A thorough food analysis involves numerous tests. These tests identify and measure pertinent product characteristics that not only indicate how well a developing product will perform but also determine if it is in compliance. The testing process should include Nutritional values to reduce labeling risk and provide tangible quality monitoring Product quality measurements to prove the product is acceptable to consumers in terms of nutrients, microbial levels, safety, appearance, texture, and more Process variability studies to indicate areas of variability in your manufacturing process and enhance cost-efficiency Shelf life and product performance determinations to ensure quality, longevity, and customer satisfaction Functionality of physical attributes analysis to examine particle size, texture, color, moisture isotherms, and more Food Testing Our knowledge and experience help your brand deliver the ideal consumer experience every time. Contact us to learn about our pragmatic solutions for food testing. Contact us What to expect from food analysis First and foremost, each test used to analyze a new product depends on the type of product itself. That means a unique combination of food testing should be applied to each individual product, and there is no such thing as a one-size-fits-all analysis process for your entire lineup. However, regardless of product, every food testing process shares commonalities that are vital to the safety and success of developing foods. For instance, food safety tests for contaminants, mycotoxins, pesticides, and microbiology, as well as analysis for protein, vitamins, carbohydrates, enzymes, fats, and other food characteristics, should always be included in your food testing protocol. In addition, nutritional label testing should be conducted to ensure compliance with the latest Food & Drug Administration FDA regulations, which are revised regularly and should be tested accordingly. The latest FDA clarification, for instance, applies to honey, maple syrup, and other single-ingredient manufacturers and determines how the sugar content in the product should be correctly displayed on the label. A company’s failure to adhere to something this simple can result in fines and serious consequences to its reputation, which is why nutritional label testing is standard across all developing food products. Immediate outcomes of food testing By ensuring new products pass these tests, manufacturers can produce pre-sale samples to ensure their consumers receive a safe and satisfying product that will bring their business success for years to come. They’ll also be able to understand any inefficiencies in their production process, as manufacturers with multiple plants often uncover different transfer points at each plant, and those values must be adjusted to confirm values for their suggested targets. A process that cannot be rushed Depending on which product is being tested and the specific tests to be administered, all food analysis tests require different lengths of time to generate results. On average, it can take up to nine business days for the test to be completed and for you to receive your results. You can prepare for and understand the timeframe by visiting Medallion Labs’ test library or by calling 1-800-245-5615 for more information. Though these turnaround timeframes ensure thorough testing and accurate results, many manufacturers are tempted to speed up the food analysis process any way they can. The phrase “time is money” comes to mind, as some worry that if an analysis isn’t finished quickly enough, it could affect their bottom line. But in reality, the more time you invest in the food testing process, the better off your bottom line will be in the long run. Moving too quickly puts you at risk for making costly assumptions about results with insufficient information. It could also mean running the wrong tests or not knowing which tests are best for your product. Both of these instances result in the same consequences – wasted time and resources, the need for extra work to correct the error, and unnecessary stress from an oversight putting you behind schedule leading up to your product’s launch. Best practices for food sample preparation After your food analysis testing is complete, it is time to move on to the next phase in product development, which involves preparing food samples for distribution. Food samples provide an excellent opportunity to learn even more about your product’s performance and gain valuable feedback and insights about where your manufacturing process or ingredient selection can be improved. As with any aspect of developing new food products, your food samples must be produced with the utmost care and attention to detail. One method for doing so involves making sure that your facility utilizes meticulous recordkeeping, allowing you to distinguish your samples and label them appropriately. Other best practices include Ensuring a full understanding of what you are testing to determine the best use of your product Working with your plants to understand their collection points and align all data Preserving a fair amount of the sample products in a safe place in case the need for further or repeat testing arises The food testing support you need Developing new food products is not a simple task, and you’re not alone if you feel like the food testing and analysis component of the process puts added strain on your already busy team. That’s why more and more manufacturers are partnering with Medallion Labs. You can consider our team a line of defense for your products and consumers, as we have developed a time-tested process backed by 150 years of experience to maintain the integrity of your brand. Medallion Labs also supports manufacturers who are developing new products long before food testing begins. We provide consulting during the early development stages of new food products to offer insights into your most valuable testing opportunities and when analysis should occur. Connect with us today for more information on how our services will help you successfully bring your new product to market. Let’s Get to Work! Submit your order online and ship your samples today. If you have questions, we are always here to help. Medallion Labs+ A food testing program designed with mid-market and enterprise food and ingredient manufacturers in mind.
Secarasederhana, penentuan kadar air didapatkan dari selisih berat produk setelah dilakukan pengeringan. Terdapat 3 jenis uji kadar air yang bisa dilakukan: 1. Untuk contoh cairan/metode Xylol 2. Untuk contoh padatan/metode oven 3. Metode Karl Fischer pH (derajat asam) Cairan/Padatan Aktifitas Air (Actified Water/AW) Asam Sianida/HCN (kuantitatif)
Bagi seorang muslim status halal suatu produk non-pangan salah satunya kosmetik maupun obat-obatan sangat mutlak yang harus dipenuhi. Produk yang beredar dipasaran harus terbebas dari kandungan babi atau bahan lain yang menyebabkan produk tersebut tidak lagi halal. Metode Real Time Polymerase Chain Reaction RT-PCR yang dapat mendeteksi kandungan babi maupun alkohol untuk dapat memastikan kandungan tersebut terbebas dari cemaran babi. Dalam penelitian ini, telah dilakukan analisis kemungkinan adanya kandungan unsur babi dari ke empat produk non-pangan seperti kapsul, kuas roti, day cream dan sabun kecantikan yang dianalisis menggunakan ini dibagi menjadi dua tahap, tahap awal dilakukan ektraksi DNA dan tahap kedua dilakukan analisis RT-PCR. Didapatkan pada tahap awal ekstraksi DNA, hasil pengukuran dan kemurnian dengan nilai konsentrasi kapsul 2,9 ng/µI; kuas roti sebesar 3,4 ng/µI; day cream sebesar 2,4 ng/µI; dan sampel sabun kecantikan sebesar 2,2 ng/µI. Pada tahap kedua, secara keseluruhan dari ke empat produk yang dipilih secara acak sebagai objek penelitian produk kapsul terbebas dari kandungan babi, kecuali pada produk kuas roti sebesar 3,15%; day cream sebesar 3,52%; dan sabun kecantikan sebesar 124,83% positif tercemar kandungan babi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai Alat Deteksi DNA Babi dalam Beberapa Produk Non-Pangan Widayat1,5*, Tri Winarni Agustini2,5, Meiny Suzery3,5, Ahmad Ni’matullah Al-Baarri4,5, Sylvia Rahmi Putri5 dan Kurdianto6 1Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro 3Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro 4 Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro 5Pusat Kajian Halal UPT Laboratorium Terpadu, Universitas Diponegoro 6PT Sciencewerke Jl Palmerah Barat 25 Jakarta Barat DKI Jakarta Indonesia *Penulis Korespodensi widayat ABSTRAK Bagi seorang muslim status halal suatu produk non-pangan salah satunya kosmetik maupun obat-obatan sangat mutlak yang harus dipenuhi. Produk yang beredar dipasaran harus terbebas dari kandungan babi atau bahan lain yang menyebabkan produk tersebut tidak lagi halal. Metode Real Time Polymerase Chain Reaction RT-PCR yang dapat mendeteksi kandungan babi maupun alkohol untuk dapat memastikan kandungan tersebut terbebas dari cemaran babi. Dalam penelitian ini, telah dilakukan analisis kemungkinan adanya kandungan unsur babi dari ke empat produk non-pangan seperti kapsul, kuas roti, day cream dan sabun kecantikan yang dianalisis menggunakan RT-PCR. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, tahap awal dilakukan ektraksi DNA dan tahap kedua dilakukan analisis RT-PCR. Didapatkan pada tahap awal ekstraksi DNA, hasil pengukuran dan kemurnian dengan nilai konsentrasi kapsul 2,9 ng/µI; kuas roti sebesar 3,4 ng/µI; day cream sebesar 2,4 ng/µI; dan sampel sabun kecantikan sebesar 2,2 ng/µI. Pada tahap kedua, secara keseluruhan dari ke empat produk yang dipilih secara acak sebagai objek penelitian produk kapsul terbebas dari kandungan babi, kecuali pada produk kuas roti sebesar 3,15%; day cream sebesar 3,52%; dan sabun kecantikan sebesar 124,83% positif tercemar kandungan babi. Kata Kunci RT-PCR, DNA babi, non-pangan, halal ABSTRACT Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR as a Tool for Detecting Pig DNA in Non-Food Products. For a Muslim, the halal status of a non-food product is one of the most complete cosmetics or medicines that must be offered. Products that discuss the market must be free from reserves of pork or other ingredients that make the product no longer halal. The Real Time Polymerase Chain Reaction RT-PCR method that can calculate pig or alcohol reserves to fill these reserves is free from pig contamination. In this study, an analysis of the content of no pork Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk from non-food products such as capsules, bread brushes, day creams and beauty soaps was analyzed using RT-PCR. This research was divided into two stages, the initial stage was carried out with DNA and the second stage was carried out RT-PCR analysis. Obtained in the early stages of DNA extraction, measurement results and purity with a capsule measurement value of ng / μI; bread brush of ng / μI; day cream of ng / μI; and beauty soap samples of ng / μI. At the second time, all four randomly selected products as the object of research on products were free from pig reserves, except for bread brush products of day cream at and beauty soap amounting to positive contaminated with pork content. Keywords RT-PCR, pig DNA, non-food, halal PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas beragama muslim dengan jumlah populasi sebesar 209,1 juta jiwa atau setara 87,2 % dari total penduduk menurut The Pew Forum on Religion Public Life. Tingginya jumlah penduduk muslim di Indoensia berpengaruh pada gaya hidup halal yang menjadi landasan dalam pemilihan produk. Sehingga pemerintah menerbitkan peraturan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal UUJPH yang dapat melindungi dalam pemilihan produk hingga ke tangan konsumen. Status halal sudah menjadi isu global, tak terkecuali pada produk non-pangan seperti obat-obatan hingga kosmetika. Produk non-pangan bukanlah sesuatu hal yang baru, kosmetik telah dikenal sejak zaman dahulu dan merupakan kebutuhan sekunder, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap orang khususnya kaum wanita. Kosmetik merupakan produk yang berinteraksi langsung dengan tubuh melalui kulit, produk bisa saja mengandung zat yang bersifat najis dalam paradigma Islam, salah satunya bahan mentah yang terbuat dari unsur haram. Tidak hanya pada kosmetik, produk obat-obatan yang beredar dipasaran menurut data Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia LPPOM MUI menunjukkan bahwa saat ini obat yang telah beredar dan memiliki sertifikat halal berjumlah 30 ribu. Minimnya obat yang bersertifikasi halal menggambarkan bahwa kepedulian industri obat tidak mempedulikan persoalan halal-haram. Titik kritis haram yang harus diwaspadai terutama jika bahan dasar berasal dari babi atau bagian organ manusia, maka jenis produk tersebut dinyatakan haram. Berdasarkan QS; Al- Baqarah 173, penggunaan apapun berasal dari babi adalah haram. Fatwa MUI No. 2/MunasVI/MUI/2000, penggunaan produk yang mengandung atau berasal dari bagian organisme manusi hukumnya adalah haram, apabila berasal dari hewan yang bukan babi jika tidak sembelih secara Islam, maka dinyatakan haram. Dari faktor-faktor tersebut, peran analisis yang dapat menguji kandungan haram atau kontaminasi bahan diluar dari bahan aslinya sangat dibutuhkan. Upaya melakukan identifikasi telah dilakukan dengan berbagai metode, metode yang dianggap paling valid saat ini adalah metode PCR dengan berbagai variasinya. Polymerase Chain Reaction PCR merupakan salah satu teknik amplifikasi asam nukleat in vitro yang paling banyak dipelajari dan digunakan secara luas. PCR digunakan untuk menggandakan jumlah Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk molekul DNA pada target tertentu dengan menganalisis molekul DNA baru yang berkomplemen dengan molekul DNA target melalui enzim dan oligonukleotida sebagai primer dalam suatu thermocycle. Panjang target DNA berkisar antara puluhan sampai ribuan nukleotida yang posisinya diapit sepasang primer. Primer yang berada sebelum daerah target disebut primer forward dan yang berada setelah daerah target disebut primer reverse. Enzim yang digunakan sebagai pencetak rangkaian molekul DNA yang baru dikenal disebut enzim polimerase. Proses PCR didahului dengan reverse transcriptase terhadap molekul mRNA sehingga diperoleh molekul complementary DNA cDNA. Molekul cDNA digunakan dalam proses PCR, pada tahap proses PCR digunakan sebagai pengamplifikasi RNA. Tahap ini dikenal sebagai proses RT-PCR. Salah satu jenis metode pendeteksi komponen babi dan turunannya bebrbasis DNA menggunakan RT-PCR, memiliki tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Pengujian menggunakan RT-PCR telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, seperti penelitian Balia 2014 mengidentifikasi pemalsuan bakso dengan daging babi dengan metode RT-PCR, Cai dkk 2012 mendeteksi dan menghitung jumlah kandungan babi dan gelatin sapi pada campuran gelatin menggunakan metode RT-PCR, Hasan Ibrahem Abdullah Amqizal dkk 2017 mengidentifikasi DNA babi dalam gelatin yang mengandung makanan olahan, dan Patihul Husni dkk 2017 mendeteksi kandungan babi dan alkohol dalam eksipien farmasi dan produk obat. Metode menggunakan RT-PCR pada pangan telah banyak dilakukan pada penelitian sebelumnya, minimnya penelitian mengenai deteksi DNA babi selain produk pangan sehingga perlu dilakukan pengembangan analisis. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dilakukan untuk mengetahui kandungan DNA babi pada produk non-pangan khususnya kosmetik dan obat-obatan yang beredar dipasaran menggunakan metode Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR. METODE Penelitian dilakukan di Pusat Kajian Halal Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, menggunakan sampel kosmetik yang beredar dipasaran dipilih secara acak, sampel terdiri dari kapsul, kuas roti, day cream, dan sabun kecantikan. Setiap perlakuan dilakukan 1 satu kali pengulangan menggunakan CFX96 Real-Time PCR system. Penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap awal dilakukan ekstraksi DNA dan tahap selanjutnya dilakukan analisis RT-PCR. Sebelum memasuki tahap awal dilakukan pre-running, sampel dilakukan pemotongan menjadi bagian terkecil, diekstraksi dengan menggunakan Progenus EasyFast Extraction for Pharmaceutical PRODUCTS I Cat. ExtrPharma1, dari hasil tersebut DNA dianalisis menggunakan NanoDrop 2000/2000c Spectrophotomerters hasil ekstraksi DNA dideteksi menggunakan Progenus EasyFast Pig/Suidae Detection & Quantification Kit, dan dianalisis menggunakan CFX96 Real-Time PCR System. Tahap awal ekstraksi DNA bertujuan untuk mendapatkan larutan DNA yang dapat digunakan sebagai analisis RT-PCR. Dimana sampel ditambah buffer dengan suhu 65oC selama 10 menit, ditambah precipitation buffer dalam es selama 5 menit, sentrifuge selama 2 menit dengan kecepatan rpm, ditambah bindding buffer lalu sentrifugasi selama 1 menit dengan kecepatan rpm, ditambah washing buffer 1 dengan kecepatan Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk rpm, menghangatkan elution buffer pada suhu 65oC, inkubasi pada suhu 65oC dengan kecepatan rpm. Tahap kedua, setelah didapatkan larutan DNA selanjutnya dilakukan analisis RT-PCR menggunakan larutan MIX, DNAse free water kontrol negatif, larutan EPC larutan positif dengan suhu pada tahap inisial denaturasi dan denaturasi sebesar 95oC serta pada tahap annealing-ekstensi FAM&VIC dengan suhu sebesar 60oC dengan pengulangan sebanyak 40 siklus. Kalkulasi % DNA babi pada sempel bersifat semi kuantitatif dengan menggunakan nilai Ct cycle threshold dengan rumus sebagai berikut Dimana hasil running qPCR dinyatakan valid apabila nilai Ct pig pada kontrol negatif diatas 38 dan nilai Ct pig pada kontrol positif yaitu ±30. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis ekstraksi DNA Hasil ekstraksi DNA menggunakan Progenus EasyFast Extraction for Pharmaceutical Products I dapat dilihat pada tabel 1, berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi DNA pada keempat sampel didapatkan hasil ekstraksi DNA dengan nilai konsentrasi antara 2,2 – 3,4 ng/µI. Tabel 1. Hasil pengukuran konsentrasi dan kemurnian sampel DNA Hasil pengukuran kemurnian DNA berdasarkan pada rasio A260/280 berkisar antara 1,52-4,60 sedangkan ratio A260/230 berkisar antara 0,38-1,95. Standar nilai rasio A260/280 yang baik untuk DNA berkisar antara 1,8-2,0. Didapatkan sampel kapsul dan sabun kecantikan memiliki nilai kisaran di luar batas normal, hal ini dapat diakibatkan oleh terbawanya reagen seperti fenol, alkohol, dan kloroform pada saat ekstraksi ke dalam larutan DNA. Faktor lainnya disebabkan keberadaan protein, RNA, dan pengotor lainnya yang berasal dari sampel pada akhir larutan DNA yang dapat mempengaruhi kualitas kemurnian dari DNA. Nilai pengukuran rasio A260/230 berkisar antara 0,38-1,95; berdasarkan standar nilai rasio A260/230 berkisar antara 2,0-2,2. Berdasarkan hasil pengukuran nilai rasio, sampel yang berada di bawah standar terdapat pada ke empat sampel uji. Hal ini dapat diakibatkan terbawanya residu fenol pada saat ekstraksi atau residu guanidine pada membran kolom. Pada beberapa kasus, nilai rasio A260/230 di bawah standar tidak mempengaruhi terhadap analisis qPCR, sehingga sampel dapat digunakan untuk analisis lanjutan pada qPCR. Analisis Real-Time PCR Hasil amplifikasi qPCR dapat dilihat pada Tabel 2, dimana sampel dilakukan tanpa pengulangan disertai dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Hasil menunjukkan bahwa sampel secara acak yang dijual dipasaran didapatkan kuas roti, Presentase DNA babi % = 2Ct vertebrate – Ct pig x 100 Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk day cream dan sabun kecantikan yang di uji positif tercemar DNA babi, kecuali pada sampel kapsul tidak terdapat cemaran DNA babi. Tabel 2. Hasil sampel menggunakan EasyFast Pig/Suidae detection & quantification kit Keterangan FAM merupakan DNA babi VIC merupakan DNA Vetebrata Kontrol positif dan negatif menunjukkan hasil yang valid sesuai dengan rekomendasi kit, yaitu Cq FAM dan VIC ±30 untuk kontrol positif dan Cq FAM dan VIC>38 pada kontrol negatif. Berdasarkan hasil amplifikasi yang ditunjukkan pada tabel 2, sampel yang memiliki cemaran DNA babi terbesar pada sampel day cream dengan nilai Cq FAM sebesar 38,23. Sampel dengan hasil cemaran DNA babi terendah didapatkan pada kuas roti dengan nilai Cq FAM sebesar 34,60. Kurva amplifikasi pada sampel kuas roti, day cream, dan sabun kecantikan yang tercemar DNA babi dapat dilihat pada Gambar 1,2, dan 3. Gambar 1. Kurva kuas roti untuk target DNA babi dan vetebrata Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk Gambar 2. Kurva day cream untuk target DNA babi dan vertebrata Gambar 3. Kurva sabun kecantikan untuk target DNA babi dan vertebrata Gambar 1, 2, dan 3 menunjukkan sampel kuas roti, day cream, dan sabun kecantikan pada target DNA babi FAM yang ditunjukkan pada grafik biru menunjukkan hasil yang baik dan terjadi peningkatan dari hasil kontrol, begitu sebaliknya pada target DNA vetebrata ditunjukkan pada grafik hijau. Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa data hasil pengujian pada nilai Ct Pig dan vetebrata pada kontrol negtif diatas 38 dan kontrol positif ±30. Sampel yang terdeteksi mengandung DNA babi memiliki kadar yang berbeda-beda, sehigga sampel dapat dihitung menggunakan rumus kalkulasi Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk persentase DNA babi, didapatkan kandungan persentase yang dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Persentase DNA babi pada sampel uji yang positif tercemar *Catatan Nilai cut-off threshold FAM dan VIC yang digunakan adalah 150 RFU KESIMPULAN Real Time Polymerase Chain Reaction atau RT-PCR telah menjadi metode pengujian utama yang memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi, serta dapat mendeteksi sampel dalam jumlah yang banyak dan waktu yang singkat. Hasil tersebut dapat dilihat dari semua sampel yang diuji ekstrasi DNA babi didapatkan hasil konsentrasi berkisar antara 2,2-3,4 ng/µI. Dari hasil analisis RT-PCR dapat disimpulkan bahwa bahan baku yang dianalisis berupa kuas roti, day cream, dan sabun kecantikan mengandung bahan babi dengan persentase cemaran DNA babi sebesar 3,15-124,83%. DAFTAR PUSTAKA Katadata, 2016, Indonesia, Negara berpenduduk muslim terbesar dunia, Http// diakses pada tanggal 15 April 2019. Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal Lembaga Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 295 dan Tambahan Lembaga Republik Indonesia Nomor 5604. Susanto, E., Wardoyo, 2014, Pengaruh substitusi daging babi terhadap karakteristik asam lemak sosis, Jurnal Ternak, Vol. 5, No. 02. Husni, P., Putriana, Wicaksono, 2017, Metode Deteksi Kandungan Babi dan Alkohol dalam Eksipien Farmasi dan Produk Obat untuk Menjamin Kehalalan Sediaan Obat, Majalah Farmasetika, Vol. 2 No. 1. Keputusan Fatwa Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia Nomor 2/MUNAS VI/MUI/2000 Tentang Penggunaan Organ Tubuh, Ari-ari, Air Seni Manusia Bagi Kepentingan Obat-obatan dan kosmetika. 266-269. Yusuf, 2010, Polymerase Chain Reaction PCR, Saintek Vol. 5 No. 6. Hewajuli, NLPI, D., 2014, Perkembangan teknologi Reverse Transcriptase Chain Reaction dalam Mengidentifikasi Genom Avian Influenza dan Newcastle Diseases, Balai Besar Penelitian Veteriner. Fadhlurrahman, Wardani, Widyastuti, E., 2015, Deteksi gelatin babi pada soft candy menggunakan metode PCR-RFLP sebagai salah satu pembuktian kehalalan pangan. Jurnal Teknologi Pangan Vol. 16 No. 2, pp. 81-88. Balia, Suryaningsih, L., dan Putranto, 2014, Pengujian pemalsuan bakso dengan daging babi melalui pendekatan ensimatis dan molekuler pada UKM di kawasan pendidikan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dharmakarya Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, Vol. 3 No. 2, pp. 70-72. Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk Cai, H., Gung, X., Scnalan, Ramatlapeng, dan Lively 2012, Real Time-PCR Assays for Detection and Quantitation of Porcine and Bovine DNA in Gelatin Mixtures in Gelatin Capsule. Journal of food composition an analysis, 25 83-87. Amqizal, Al-Kahtani, Ismail Hayat, K., dan Jaswir, I., 2017, Identification and verification of porcine DNA in comercial gelatin and gelatin containing processed foods, Elsevier Food control Vol 78 297-303. ... Cp adalah fraksi jumlah siklus dimana tingkat amplifikasi yang tercermin dari adanya flouresensi mencapai threshold ambang. Tingkat ambang flouresensi diatur pada posisi yang sama untuk semua reaksi yang sedang diamati [12]. Pada tabel menunujukkan bahwa nilai CT pada semua sampel Suplemen yang ada diambil dari Instalasi Farmasi RS Krakatau Medika mendekati nilai CT kontrol negatif 28,89 dan sangat jauh dengan nilai kontrol positif 16,42. ...... Kelebihan dari metode ini diantaranya adalah dapat digunakan untuk melacak kandungan DNA babi pada suatu pruduk makanan maupun obat-obatan yang belum layak memiliki kategori halal. Hal tersebut sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widayat DKK; 2009 yang menyatakan bahwa terdapat persentase cemaran DNA babi sebesar 3,15-124,83 % pada produk makanan yang dideteksi dengan metode Real time PCR [12]. ...Firman RezaldiAlfi HardianHadi SusiloSumarlin USIndonesia is a country where the majority of the population is seasonal, so the halalness of a product is very important. Supplements are one of the products that are widely circulated in Indonesia, so they must provide halal guarantees for these products as evidenced by the existence of a halal label. In its circulation, supplements are still found without a halal label, so an authentication is needed to prove the halalness of the product. This study was conducted to prove the halalness of supplement products without halal labels by taking five samples randomly from the Pharmacy Installation of Krakatau Medika Hospital which were analyzed by the Real Time PCR method. The DNA of the five supplement samples was isolated using a Commercial Kit and the isolated DNA was amplified by Real Time PCR for 30 cycles. From the results of the Real Time PCR analysis, it was found that no pork DNA contaminants were found in the five supplement samples analyzed Keywords Supplement, Realtime PCR, Pig DNA, Halal... After the isolation, it was continued with DNA-based detection using the PCR Polymerase Chain Reaction method. It is necessary to carry out DNA-based detection with PCR Polymerase Chain Reaction to double the number of DNA molecules on specific targets by analyzing new DNA molecules complementary to target DNA molecules through enzymes and oligonucleotides primers in a thermocycler Widayat et al., 2019. One of the detection methods often used to test pig components and their derivatives in a product is a DNA-based detection method, namely the PCR Polymerase Chain Reaction method Adzakiyyi et al., 2020. ...... Measurements with the NanoDrop Spectrophotometer using different extraction methods resulted in different DNA purity and some even did not produce DNA purity. Studies Aviani et al., 2017;Munir et al., 2021;Widayat et al., 2019;Zabidi et al., 2020, resulted in DNA purity values. While in the study Ishak & Mutalib, 2018;Kim et al., 2018;S Abd-Gani et al., 2019, there was no DNA purity value. ...Collagen is one of the components used for cosmetics. Functionally, collagen is derived from pig fat, which functions as a skin conditioning agent Emollient, emulsion stabilizer Emulsifier, and as ingredient to increase the viscosity of cosmetic preparations. The method that can detect pig content is the PCR method, which can confirm the presence of DNA content in pigs. In this study, an analysis of cosmetic products containing porcine DNA was carried out using the PCR method. This research was divided into two stages the initial stage was DNA extraction, and the second stage was PCR analysis. This research is a study through literature study using the narrative review technique. This study aimed to collect information and examine the analysis method of identifying pig DNA contained in cosmetics to obtain the right and accurate way through a literature approach. From the literature study results, it can be concluded that the best extraction method for the isolation of porcine DNA in cosmetic preparations is the extraction method with the Boom Method, while the DNA analysis used to identify porcine DNA in cosmetics is RT-PCR Real-time Polymerase Chain Reaction. Conventional PCR is because both methods have their respective advantages. The RT-PCR Real-time Polymerase Chain Reaction method can amplify and quantify the number of target DNA molecules. The Conventional PCR Method can form DNA bands based on the amplification value.... Real-time PCR qPCR as a DNA-based detection has been widely used to detect porcine. This method is able to detect at the level of the raw material to the end product Rachmawati et al., 2018;Raharjo et al., 2019;Widayat et al., 2019. The advantage of this method is high level of accuracy and sensitivity to detect and quantify target in samples. ...... J. Kim & Kim, 2019;Y. S. Kim et al., 2018;Mohamad et al., 2018;Mustaqimah et al., 2021;Septiani, 2021;Sudjadi et al., 2016;Tan et al., 2020;Tanabe et al., 2007;Widayat et al., 2019. Currently, primer Cytochrome oxidase I co1 and Cytochrome B cyb gene located in mtDNA region is popular for porcine-specific detection. ...Abstract Actin genes are genes that are common in organisms, and their expression is constitutive. These genes are used for gene normalization and internal control of DNA extraction, but the actin gene is not widely used for halal certification tests. Bioinformatic studies help to analyze the experiment through in silico more deeply before the experiment is carried out in laboratory, making it more efficient and time effective. uMelt is an analysis to predict the melting curve of target amplification in real-time PCR. Real-time PCR has been widely used for screening and detection of pork content in a product. This research aimed to explore actin gene as a candidate for testing pork using qPCR. The study was carried out in two main stages, namely alignment of the DNA sequence and analysis of the melting curve using the uMelt approach. The results showed a set of actin genes containing conserved regions that can be used as degenerate primers with different family-type coverages. Melting curve prediction with uMelt shows differences in tm peaks so as the types of samples can be easily identified. The use of bioinformatic applications such as uMelt helps in the simulation of predicting the melting curve to increase the precision of the analysis.... Probe mempunyai kelebihan seperti multiplek target dalam satu sumur, konsumsi waktu yang cepat, dan sensitivitas tinggi Kim & Kim, 2019. Probe qPCR telah berhasil digunakan untuk mendeteksi cemaran DNA babi di produk pangan, seperti roti, bakso, dan permen, serta produk nonpangan, seperti kuas roti, pelembap, sabun, kosmetik, dan kapsul Kim & Kim, 2019;Kim et al., 2018;Mohamad et al., 2018;Mustaqimah et al., 2021;Septiani, 2021;Sudjadi et al., 2016;Tan et al., 2020;Tanabe et al., 2007;Widayat et al., 2019. ...Abstrak Metode pengujian cemaran babi menjadi faktor penting dalam sertifikasi produk halal. Metode yang cepat dan robust diperlukan untuk deteksi dan kuantifikasi cemaran babi. Metode Real-time PCR atau dikenal dengan istilah quantitative PCR qPCR merupakan metode alternatif untuk deteksi dan kuantifikasi cemaran babi berdasarkan residu keberadaan DNAnya pada sampel olahan pangan. Metode ekstraksi DNA dan kit amplifikasi yang tahan terhadap inhibitor menjadi kunci keberhasilan penggunaan qPCR untuk pendeteksian dan kuantifikasi cemaran babi. Pendeteksian cemaran DNA dengan probe qPCR digunakan karena mempunyai kelebihan tahan terhadap inhibitor, cepat, spesifik, dan multipel target. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan menguantifikasi cemaran DNA babi menggunakan metode ekstraksi DNA secara cepat dan qPCR. Tahapan penelitian ini adalah ekstraksi DNA, amplifikasi, deteksi, dan kuantifikasi DNA babi. Sampel berasal dari produk olahan pangan, seperti bakso, sosis, daging burger, siomay, kuah daging, dan daging isi roti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat cemaran babi pada sampel bakso, daging burger, dan kuah bakso. Hasil yang didapatkan menunjukkan bakso memiliki persentase kontaminasi sejumlah 25%, sedangkan kuah daging sejumlah 12,5%. Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan untuk laboratorium penguji makanan sebagai metode deteksi cemaran babi dalam produk pangan secara cepat dan akurat. Abstract Pork contamination testing method is an important factor in halal product certification. A fast and robust method is needed for the detection and quantification of pig contamination. Real-time PCR method or commonly known as quantitative PCR qPCR is an alternative method for the detection and quantification of pork contamination based on the pig's DNA residual presence in processed food samples. DNA extraction method and inhibitor-resistant amplification kit are the keys of successful qPCR implementation for the detection and quantification of pig contamination. Detection of DNA contamination with qPCR probe is used because it has some advantages, such as resistant to inhibitors, fast, specific, and multiple targets. This research aimed to detect and quantify pig's DNA contamination using rapid DNA extraction method and qPCR. The stages of this research were pig's DNA extraction, amplification, detection, and quantification. The samples taken from processed food products, such as meatballs, sausage, burgers' meat, dumplings, meat broth, and meat filled in the bread. The results showed that there was pork contamination in the samples of meatballs, burgers' meat, and meat broth. The results showed that the meatballs had a contamination percentage of 25%, while the meat broth had a contamination percentage of The results of this study can be a recommendation for food testing laboratories as a method of detecting the pork contamination in food products quickly and accurately.... Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, diperoleh bahwa Larik sensor yang dikembangkan mampu membedakan secara tegas kelompok sampel parfum yang tidak mengandung alkohol dengan kelompok yang mengandung alkohol. Penelitian ini memanfaatan teknologi berupa sensor untuk mendeteksi keberadaan kandungan alkohol pada suatu benda, sehingga dimungkinkan pula pengembangan suatu alat untuk mendeteksi najis serupa dengan alkohol yang terdapat pada suatu benda yang digunakan, tempat ibadah dan alat ibadah Handoyo, 2017 Widayat et al., 2019. ...Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan najis mutawassithoh dan mukhoffafah sebagai suatu studi awal pengembangan inovasi berupa desain alat deteksi najis yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi keberadaan najis yang melekat pada tubuh, pakaian, tempat/alat ibadah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode framing dan studi literatur. Penelitian ini dimulai dari kegiatan penetapan sampel. Total sampel ditentukan yakni air seni bayi laki-laki yang belum diberi makan apa-apa selain ASI dan air seni orang dewasa. Selanjutnya data akan dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada urine kategori mutawassithoh dan mukhoffafah dari segi koefisien serapan liniernya, kandungan amonia dan persentase bakteri. Mendeteksi najis dapat menggunakan sensor fisika dan sensor kimia. Sensor fisika mendeteksi suatu besaran berdasarkan hukum-hukum fisika, yaitu seperti sensor cahaya, suara, gaya, kecepatan, percepatan, maupun sensor suhu. Sensor kimia mendeteksi jumlah zat kimia dengan jalan mengubah besaran kimia menjadi besaran listrik yang melibatkan beberapa reaksi kimia, seperti misalnya pada sensor pH, sensor oksigen, sensor ledakan, serta sensor FAHRIZA HARVIANTONI WAYAN SRI SUTARII WAYAN DANA ATMAJAIdentification of Fungi in Kitchen Waste Liquid Organic Fertilizer LOF in Sanur Kauh Village. Decomposed kitchen waste contains certain microorganisms, one of which is fungus. Fungi are one of the microorganisms that are widespread in soil and water and have the potential in the process of decomposition of organic matter. The research objective was to determine the composition of kitchen waste and obtain fungi species from LOF of kitchen waste in Sanur Kauh Village. The research was conducted from September to December 2020. Sampling was conducted in Sanur Kauh Village, South Denpasar District. Furthermore, LOF making and analysis was carried out at the Laboratory of Soil and Environmental Sciences, Faculty of Agriculture, Udayana University and at the Indonesian Genetika Science Laboratory, Tangerang. The method used is a descriptive analysis experiment, which consists of field exploration, laboratory analysis and molecular identification. The results showed that the most dominant percentage of LOF from kitchen waste composition was fruit at followed by vegetables at rice at egg shells, bones and meat at and the remaining side dishes of The results of molecular identification of fungal species on LOF fermentation of kitchen waste isolates LDA 2 and LDB 2 were similar to Pichia kudriavzevii strain CBS5174 chromosome 2 and Pichia kudriavzevii culture CBS 5147 produk seperti obat, makanan, dan kosmetika khususnya kolagen dapat berpotensi mengandung turunan babi sehingga diperlukan adanya analisis kehalalan. . Polymerase Chain Reaction PCR merupakan metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis sampel secara molekuler. Tujuan dari penelitian ini adalah mendesain kandidat primer dari gen 12S rRNA babi secara in silico. . Metode yang digunakan adalah penelusuran data gen 12S rRNA melalui situs National Center for Biotechnology Information NCBI, kemudian sekuen gen 12S rRNA dianalisis menggunakan server web Integrated DNA Technologies IDT dan untuk dilakukan pemilihan kandidat primer terbaik. Kandidat primer terpilih kemudian diidentifikasi menggunakan server web SnapGene Viewer untuk mengamati kemampuan penempelan kandidat primer pada sekuen target. Pada tahap terakhir dilakukan evaluasi kandidat primer menggunakan server web OligoAnalyzer™ Tool agar diperoleh pasangan kandidat primer terbaik yang memenuhi kriteria primer yang baik. Kandidat primer yang terbaik adalah primer forward rRNA-5 5’ GTACTACTCGCAACTGCCTAAA 3’ dan primer reverse rRNA-6 5’GCAAGGGTTGGTAAGGTCTATC 3’ karena memenuhi persyaratan primer ideal. . Dengan demikian, kandidat primer tersebut dapat digunakan untuk karakterisasi sampel secara in vitro menggunakan teknik WİYAHAgy PRANATA Hubban NasutionIsmail HUTASOİTObjectives This study aimed to identify porcine DNA in prosthodontic materials using Real-Time PCR. Materials and methods Eighteen prosthodontic materials three irreversible hydrocolloids, three elastomers, three denture adhesives, three soft denture linings, three temporary crowns, and three denture bases materials were used as the samples. It was conducted in two stages. First, extraction of dental material’s DNA and the second was Real-Time PCR analysis based on amplification curve and Ct score in yellow and green channel. Results The sample analysis based on green channel demonstrated that all materials did not contain porcine DNA, however, 11 of 18 samples DA-01, DA-02, DA-03, SDL-02, DB-01, DB-02, TC-03, IH-02, EM-01, EM-02, and EM-03 contained vertebrate DNA. Conclusions All prosthodontic materials tested were not containing porcine. The halal statues of the materials were still seorang muslim, status halal suatu produk obat dan eksipien yang digunakan adalah hal mutlak harus dipenuhi. Produk obat halal tersebut harus bebas dari kandungan babi dan alkohol baik dari bahan dasarnya maupun proses pembuatannya. Pentingnya metode untuk mendeteksi kandungan babi dan alkohol untuk memastikan suatu produk obat bebas dari kandungan babi dan alkohol menjadi latar belakang review artikel ini. Metode review artikel ini adalah mengumpulkan literatur yang berkaitan dengan metode deteksi kandungan babi dan alkohol/etanol dan membuat ringkasan dari literatur-literatur tersebut. Hasil review menunjukkan bahwa metode deteksi yang dapat digunakan yaitu metode analisis PDK Pork Detection Kit untuk mendeteksi protein babi, metode PCR Polymerase Chain Reaction untuk mendeteksi DNA babi dan metode GC Gas Chromatography atau HPLC High Performance Liquid Chromatography untuk mendeteksi residu alkohol/ Kunci Halal, Babi, Alkohol, Eksipien Farmasi, Produk ObatGelatin, derived from bovine and porcine sources, has been used in many foods and pharmaceutical products. To ensure the compliance of food products with halal regulations, the reliable analytical methods are very much required. In this study, polymerase chain reaction PCR assay using species-specific primers was performed to evaluate the halal authenticity of commercial pure gelatin and gelatin-containing processed food products. Based on the specificity and cross-reactivity results of the seven species-specific primers by conventional PCR, the porcine species primer No. 2 was selected and it was able to detect species DNA in 12 out of 36 processed foods. The cloning, sequencing, and blasting at NCBI confirmed the presence of pork DNA in 5 out of 12 porcine DNA positive food samples. The maximum identity homology with pork sequence available in NCBI Gene Bank for the five samples ranged from 87% to 97% and the Query Cover ranged from 94% to 100%. The real-time PCR assay detected more positive samples 27 positive amplifications compared to 12 positive samples with conventional PCR using porcine specific primer No. 2. PCR using species specific primers is a very useful and effective technique for halal authenticity of gelatin and gelatin-containing food products. Hui CaiXuelin GuMary S. ScanlanChris R. LivelyDetection and quantitation of material from porcine and bovine species in gelatin and gelatin capsules is required for health safety concerns and for some religious practices. In this study, two species-specific qPCR assays were developed based upon repetitive elements. They allowed sensitive detection of porcine and bovine DNA at as low as 1 pg/mL. The lack of cross-reactivity when the sets were used to amplify DNA from the other species indicates high specificity of the assay. When binary gelatin blends containing various amounts of porcine and bovine gelatin were prepared and analyzed by the qPCR assays, the determined ratios of porcine material to bovine material were very close to their theoretical values, and a contamination level as low as 1% of the other species in the gelatin blends could be determined. When evaluated in gelatin capsules, although significantly less DNA was detected, determination of porcine and bovine species identities and estimation of the relative abundance of each species was possible. Therefore, the porcine and bovine species-specific qPCR assays described here represent simple, reliable and sensitive DNA-based tests for determination and quantitation of the species of origin from highly processed Two species-specific qPCR assays were developed based upon repetitive elements of the porcine and bovine genomes. ► The assays allowed sensitive detection of porcine and bovine DNA at levels as low as 1 pg/mL. ► Species determination and quantitation were evaluated using binary gelatin blends that contain various amounts of porcine and bovine gelatin. ► Species determination and quantitation were further evaluated in gelatin substitusi daging babi terhadap karakteristik asam lemak sosisE SusantoWardoyoSusanto, E., Wardoyo, 2014, Pengaruh substitusi daging babi terhadap karakteristik asam lemak sosis, Jurnal Ternak, Vol. 5, No. teknologi Reverse Transcriptase Chain Reaction dalam Mengidentifikasi Genom Avian Influenza dan Newcastle Diseases, Balai Besar Penelitian VeterinerD A HewajuliD NlpiHewajuli, NLPI, D., 2014, Perkembangan teknologi Reverse Transcriptase Chain Reaction dalam Mengidentifikasi Genom Avian Influenza dan Newcastle Diseases, Balai Besar Penelitian gelatin babi pada soft candy menggunakan metode PCR-RFLP sebagai salah satu pembuktian kehalalan panganWardani FadhlurrahmanA K WidyastutiFadhlurrahman, Wardani, Widyastuti, E., 2015, Deteksi gelatin babi pada soft candy menggunakan metode PCR-RFLP sebagai salah satu pembuktian kehalalan pangan. Jurnal Teknologi Pangan Vol. 16 No. 2, pp. pemalsuan bakso dengan daging babi melalui pendekatan ensimatis dan molekuler pada UKM di kawasan pendidikan Jatinangor Kabupaten SumedangR L BaliaL SuryaningsihW S Dan PutrantoBalia, Suryaningsih, L., dan Putranto, 2014, Pengujian pemalsuan bakso dengan daging babi melalui pendekatan ensimatis dan molekuler pada UKM di kawasan pendidikan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dharmakarya Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, Vol. 3 No. 2, pp. 70-72. ProsedurPemantauan CCP adalah suatu tata kelola pemeriksaan yang umumnya dibuat dengan menggunakan catatan tertulis untuk melihat urutan, operasi, dan juga ukuran yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Tujuannya adalah agar bisa mengetahui kendala, masalah, atau penyimpangan yang terjadi.

Thursday, 21 July 2022 Apa saja parameter kontrol kualitas untuk produk makanan dan minuman? Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI Nomor 2891 Tahun 1992, terdapat beberapa poin parameter yang harus diuji yang beberapanya telah dibahas di artikel sebelumnya seperti kadar air, protein, lemak dan pH. Selain keempat parameter tersebut, terdapat parameter lainnya seperti mineral dan serat. Namun, bagaimana cara pengujiannya berdasarkan SNI Nomor 2891? Adakah cara strategis yang dapat dilakukan untuk mengefisienkan serta mengoptimalkan analisa yang dilakukan? Artikel ini akan membahas cara pengujian serta cara strategis untuk mengoptimalkan pengujian parameter mineral dan serat. Dalam konteks label gizi, produsen harus mencantumkan kandungan gizi yang terkandung dalam makanan seperti protein, lemak, dan tidak terkecuali untuk parameter lainnya seperti serat kasar, mineral dan kadar garam. Dikutip dari bahwa salah satu tujuan adanya label pada kemasan adalah agar konsumen dapat mengetahui isi kandungan produk makanan tanpa membuka kemasan. Dalam hal ini, analis perlu memastikan nilai yang tercantum dalam label gizi telah sesuai, sehingga diperlukan pengujian yang cermat dan optimal agar terjadi kesesuaian antara hasil uji dan nilai gizi yang tercantum dalam label gizi. Kadar Abu / Mineral Dalam pengujian pangan, kadar abu didefinisikan sebagai total zat anorganik atau total mineral yang terkandung dalam suatu bahan pangan. Mineral adalah mikronutrien yang menjadi pelengkap gizi dalam makanan guna untuk membentuk enzim - enzim yang berguna untuk pencernaan sehingga mineral dibutuhkan oleh tubuh secara berkala. Mineral dibagi menjadi 4 tipe berdasarkan bentuknya, yakni Garam organik seperti garam - garam asam malat, oksalat, asetat, pektat; Garam anorganik seperti fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat; Senyawa kompleks klorofil-Mg, pektin-Ca, mioglobin-Fe, dan Kandungan abu dan komposisinya tergantung macam bahan dan cara pengabuannya​ Namun, mikronutrien seperti mineral pun hanya sedikit dibutuhkan oleh tubuh sehingga jumlahnya dalam produk pangan harus dikontrol agar tidak berdampak pada tubuh manusia yang mengkonsumsinya serta, termasuk pada biaya produksi cost. Dikutip dari Nestle Nutrition Institute bahwa kelebihan mineral pada salah satu produk pangan justru dapat membahayakan tubuh manusia yang mengkonsumsinya. Salah satu jenis mineral yang dijelaskan yakni, zat seng Zinc/ Zn yang jika jumlahnya berlebihan dalam tubuh, dapat menyebabkan terganggunya penyerapan zat tembaga, serta dapat mengganggu sel darah merah maupun sel darah putih hingga merusak sistem kekebalan tubuh. Secara prinsip, zat seng berperan sebagai zat koenzim untuk lebih dari 200 enzim yang berperan dalam proses metabolisme yang berkaitan dengan proses sintesis maupun pemecahan karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat. Selain itu, zat seng juga berperan penting dalam proses replikasi sel, kekebalan tubuh, penglihatan, menangkal radikal bebas, mempengaruhi nafsu makan dan fungsi indera pengecapan maupun kesehatan tulang, perkembangan fungsi reproduksi dan pembentukan sel sperma pada laki - laki, perkembangan janin pada wanita hamil serta kondisi bayi yang akan dilahirkan. Jenis mineral lainnya yang sangat dibutuhkan oleh tubuh adalah zat besi Iron/ Fe dan Yodium Iodium/I. Dalam tubuh, zat besi berperan sebagai salah satu zat pembentuk hemoglobin sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen dari paru - paru ke seluruh tubuh, sebagai pembawa elektron pada sel, membentuk enzim yang dibutuhkan untuk produksi energi seluler, berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh dan fungsi otak. Meski kebutuhannya tidak sebanyak zat besi, yodium juga berperan penting dalam proses sintesis kelenjar tiroid yang berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, metabolisme dasar, reproduksi proses pertumbuhan dan perkembangan serta pembentukan sel darah merah dan untuk menjaga fungsi otot dan saraf. Jika kelebihan Zinc dapat menyebabkan beberapa gangguan pada tubuh, maka kelebihan zat besi dan yodium juga dapat mengganggu fungsi tubuh. Jika jumlah zat besi berlebih akan tumbuh gejala seperti nyeri sendi, lemah dan lesu, periode menstruasi yang terhenti tiba - tiba, serta sakit perut, lebih jauh lagi, kelebihan zat besi juga dapat menyebabkan kerusakan hati hingga gagal ginjal bahkan perubahan warna kulit akibat penumpukan zat besi. Pada kasus kelebihan yodium, seseorang justru dapat menyebabkan penyakit hipertiroidisme yang dapat berakibat pada berbagai komplikasi. Oleh karena itu, kadar mineral haruslah memenuhi persen angka kecukupan gizi AKG yang direalisasikan sehingga diperlukan pengujian terhadap kadar mineral pada bahan ataupun produk makanan dan juga update pada label gizi. Pengujian Mineral biasanya dilakukan dengan beberapa metode yakni dengan menggunakan metode thermogravimetri thermogravimetry secara mandiri atau dikombinasikan dengan metode lain seperti spektrofotometri ataupun titrimetri untuk menguji mineral secara individu. Dalam beberapa kasus, pengujian ini dibagi menjadi beberapa parameter yakni kadar abu total, kadar abu sulfat, abu tak larut dalam asam, silikat serta kealkalian abu. Adapun metode pengabuan yang dapat digunakan adalah pengabuan kering dan pengabuan basah. Metode pengabuan kering dilakukan dengan menggunakan tanur listrik furnace pengabuan dimana sampel dibakar pada suhu antara 500 - 600 C yang bertujuan untuk menganalisa kadar abu, sedangkan metode pengabuan basah dilakukan dengan cara destruksi menggunakan oksidator kuat seperti asam kuat yang lebih diperuntukkan untuk pengujian mineral secara individu. A. Kadar Abu Total dan Silika serta Cara Pengujiannya Kadar abu total adalah total seluruh zat anorganik yang tersisa setelah proses pengabuan. Selain digunakan sebagai parameter penentu nilai gizi, kadar abu total juga digunakan untuk menentukan baik atau tidaknya kualitas suatu proses pengolahan serta mengetahui jenis bahan - bahan yang digunakan. Dalam pengerjaannya, sampel ditimbang pada neraca analitik dimana bobot sampel yang umumnya digunakan berkisar 2 - 5 gram. Sampel kemudian dimasukkan dalam cawan porselen dan dipanaskan dalam tanur listrik furnace hingga waktu tertentu. Ada baiknya agar sampel yang digunakan telah kering agar proses pengabuan berlangsung optimal dan tidak menyisakan zat arang/karbon. Beberapa metode mungkin menyarankan untuk melakukan pemanasan secara perlahan dengan menggunakan metode ramping agar pengabuan yang dilakukan lebih optimal, dan biasanya jika suhu target pengabuan adalah 550oC, maka tahap awal pemanasan akan dilakukan pada suhu 300oC. Jika telah dihasilkan abu, maka cawan dapat disimpan dalam deksikator agar dicapai bobot yang stabil. Mengapa? Hal ini karena uap air yang terkandung dalam udara bisa saja langsung terserap pada abu yang menyebabkan bobot tidak stabil. Analisa kemudian dilanjutkan dengan menimbang bobot abu yang telah didinginkan dan membandingkannya dengan bobot cawan kosong sehingga didapat kadar abu total menggunakan rumus 1. Rangkaian perlakuan ini dapat diilustrasikan pada Gambar 1. Dimana W adalah bobot sampel sebelum diabukan gram; W1 adalah bobot sampel dan cawan setelah diabukan gram; W2 adalah bobot cawan kosong gram. Gambar 1. Alur Pengujian Kadar Abu Total Pada uji silika Si, uji ini dapat dilakukan sebagai pengujian lanjutan dari kadar abu total dimana abu yang dihasilkan dari proses pengabuan ditambahkan larutan asam kuat seperti asam sulfat H2SO4 dan asam fluorida HF dan dilanjutkan dengan proses pengabuan kembali. Penambahan asam ini dimaksudkan untuk menghilangkan pengotor - pengotor sehingga yang tersisa adalah silika. Setelah diabukan kembali, bobot hasil abu yang telah didinginkan kemudian ditimbang dan dihitung dengan menggunakan rumus 2. Dimana, W adalah bobot sampel sebelum diabukan gram; W1 adalah bobot sampel sebelum ditambah HF gram; W2 adalah bobot sampel setelah ditambah HF gram. B. Kadar Abu Sulfat , Abu Tak Larut Asam dan Kealkalian Abu serta Cara Pengujiannya Pada prinsipnya, pengujian abu dimulai dengan tahap yang sama yakni proses pengabuan dengan menggunakan tanur listrik atau furnace. Yang membedakan antara satu dan lainnya adalah proses lanjutan setelah terbentuknya abu. Pada Abu sulfat, uji ini dilanjutkan dengan penambahan asam sulfat pekat kemudian dipijarkan kembali dalam tanur listrik. Penambahan asam sulfat ini dimaksudkan untuk mengendapkan mineral sebagai endapan garam sulfat. Sedikit berbeda dengan abu sulfat, untuk kadar abu tak larut dalam asam diuji dengan menambahkan asam klorida HCl dan asam nitrat HNO3 pekat pada sampel abu yang diikuti dengan proses penyaringan. Residu yang tersaring kemudian dipijarkan kembali dalam tanur listrik atau furnace dan didinginkan dalam desikator. Baik kadar abu sulfat maupun kadar abu tak larut asam, keduanya dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut Dimana W adalah bobot sampel sebelum diabukan gram; W1 adalah bobot sampel dan cawan setelah treatment gram; W2 adalah bobot cawan kosong gram. Kealkalian abu menunjukkan adanya unsur - unsur atau mineral - mineral yang menyebabkan kebasaan, seperti natrium Na, kaliumK, kalsium Ca dan magnesium Mg dimana unsur - unsur ini memiliki kelarutan tinggi dalam air. Oleh karena itu, pengujian kealkalian abu dilakukan dengan melarutkan abu dalam air yang dibantu dengan penambahan oksidator seperti peroksida dan asam klorida encer yang disertai dengan pemanasan lebih lanjut pada penangas air. Larutan yang dihasilkan kemudian disaring dan dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi menggunakan indikator phenolphtalein PP sehingga nilai kealkalian abu dapat dihitung dengan rumus Keterangan V1 adalah Volume hasil penitaran sampel mL; V2 adalah Volume hasil penitaran blanko mL; N adalah Normatilas NaOH N; w adalah bobot sampel yang dianalisa gram. Dari penjelasan yang telah dipaparkan, pengujian kadar abu memang memiliki tantangan tersendiri dimana terkadang proses pengabuan sampel kurang optimal sehingga hasil abu masih bercampur dengan karbon arang. Di sisi lain, terdapat sampel - sampel yang mungkin tergolong sensitif sehingga tidak bisa menggunakan pemanasan pada suhu tinggi secara langsung dan membutuhkan 2 tahap pembakaran. Dalam kasus - kasus seperti ini, penggunaan alat tanur listrik atau furnace yang dilengkapi dengan program otomatis dapat sangat membantu analis dalam proses analisa. Lebih lanjut biasanya tanur listrik furnace otomatis sudah dibekali dengan program ramping yang memungkinkan analis untuk mengatur 2 sampai lebih suhu target dalam satu program sehingga lebih praktis dan mudah untuk analis. Beberapa alat tanur listrik furnace mungkin dibekali dengan interface berupa USB port yang memungkinkan analis untuk mengirim dan mendapatkan data monitoring selama analisa secara tertulis. Dalam kasus uji kealkalian abu, alat titrator otomatis automatic titrator mungkin bisa dijadikan sebagai alternatif agar analisa yang dilakukan lebih objektif, akurat dan presisi, serta lebih efektif dari segi waktu maupun biaya per analisa cost per analysis. Serat Dalam produk makanan, terdapat dua jenis serat yang perlu dipantau kadarnya, yakni serat pangan dan serat kasar. Secara definisi serat pangan atau dietary fiber adalah bagian pangan nabati yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim - enzim pencernaan, sedangkan serat kasar atau crude fiber adalah komponen sisa hasil hidrolisis atau bagian yang tidak dapat dihidrolisis secara kimiawi. Cakupan serat pangan atau dietary fiber meliputi selulosa, hemiselulosa, lignin, oligosakarida, pektin, gum dan lapisan lilin, sedangkan zat - zat yang termasuk serat kasar adalah hemiselulosa, selulosa dan lignin. Meski kebanyakan makanan memiliki kadar serat pangan yang lebih tinggi, namun pada beberapa makanan khusus justru memiliki kadar serat kasar yang tinggi. Hal ini karena bila ditinjau dari segi kalori, serat kasar memiliki kalori dan kadar gula yang rendah sehingga berfungsi dapat mengurangi resiko obesitas. Secara fungsi, serat memiliki banyak manfaat seperti mengontrol berat badan, menanggulangi penyakit diabetes, mencegah gangguan gastrointestinal dan kanker kolon serta mengurangi resiko kolesterol tinggi dan penyakit kardiovaskular. Namun hal ini dapat berdampak sebaliknya jika kadar serat terlalu berlebih, gejala seperti kembung dan kram perut, dehidrasi, mual, turunnya berat badan hingga sembelit dan penyumbatan pada usus besar. Oleh karena itu, kontrol terhadap kadar serat wajib dilakukan oleh para pelaku industri pangan. A. Serat Pangan Dalam pengujian serat pangan, pengujian dilakukan dengan menggunakan metode metode kombinasi antara metode enzimatik dan metode gravimetri. Dalam hal ini penggunaan enzim seperti alpha-amylase dan amyloglucosidase. Prinsip metode enzimatik ini adalah dengan memecah serat pangan, mineral dan protein pada sampel menggunakan enzim yang dilanjutkan dengan pengendapan serat pangan dengan menggunakan etanol. Dalam analisanya, pH dan suhu selama analisa perlu diperhatikan untuk kinerja enzim yang optimal dimana suhu dan pH yang diperlukan untuk uji ini berkisar pada 95 - 100 C dan pH 6 untuk inkubasi proses enzimatik dengan enzim alpha-amylase, sedangkan suhu 60 C dan pH ± untuk inkubasi proses enzimatik dengan enzim amyloglucosidase. Hasil dari keseluruhan proses ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Keterangan CSR adalah Bobot sampel terkoreksi gram; TDF adalah Total Dietary Fiber atau total serat pangan %. Untuk menjalankan metode ini, beberapa alat mungkin dibutuhkan seperti alat inkubasi enzimatik, pH meter, penangas air, termometer, oven, desikator serta neraca analitik. Oleh karena itu, analis perlu mengumpulkan berbagai referensi alat yang dapat digunakan. Salah satu contoh alat inkubator enzimatik ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Contoh Alat Serat Pangan A Inkubasi Enzimatik B Filtrasi Enzimatik B. Serat Kasar Pada prinsipnya, serat kasar didapatkan dari residu hasil hidrolisis sampel dalam larutan asam dan basa. Hidrolisis ini dimungkinkan untuk dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan bantuan instrument analisa. Secara garis besar, pengujian serat kasar didasarkan pada metode gravimetri, yakni perbandingan bobot sebelum dan setelah proses hidrolisis diaplikasikan. Dalam Standar Nasional Indonesia Nomor 2891 Tahun 1992 disebutkan bahwa serat kasar dapat diuji dengan mengekstrak sampel menggunakan metode sokletasi ataupun pengadukan secara manual terlebih dahulu yang tujukan untuk menghilangkan lemak pada sampel. Sampel yang telah bersih dari lemak kemudian dihidrolisis dengan basa kuat dan asam kuat secara bergantian dan disaring menggunakan kertas saring yang dilanjutkan dengan proses pengeringan pada oven dan pengukuran bobot pada neraca analitik sehingga kadarnya dapat dihitung dengan rumus berikut Dimana, W1 adalah bobot residu hasil pengabuan gram; W2 adalah bobot residu yang tertinggal pada kertas saring gram. Selain metode yang disebutkan oleh SNI, terdapat metode lain yang serupa yakni metode Weende yang memiliki prinsip hampir sama dengan metode yang disarankan oleh SNI. Metode ini disarankan oleh Perbedaannya hanya pada penggunaan reagen dan adanya penambahan tahap pengabuan pada furnace agar didapatkan hasil yang optimal. Secara urutan, metode Weende dimulai dengan melakukan hidrolisis sampel yang telah dipreparasi dengan larutan asam sulfat dan air, serta penambahan zat antifoam untuk mengurangi busa yang terbentuk. Sedikit berbeda, jika pada metode SNI menggunakan basa yang lebih kuat yakni natrium hidroksida NaOH, namun pada metode Weende digunakan basa yang lebih lunak yakni kalium hidroksida KOH untuk mengurangi efek eksotermik pada sampel yang menyebabkan lonjakan suhu. Hasil hidrolisis kedua ini kemudian diberi perlakukan dengan pemanasan dalam oven dan juga pengabuan dalam tanur listrik furnace yang dilanjutkan dengan tahap pendinginan dan perbandingan bobot secara gravimetri. Hasil serat kasar kemudian dihitung dengan menggunakan rumus Dimana F1 adalah bobot sampel kering setelah pemanasan oven; F2 adalah bobot sampel setelah proses pengabuan; F0 adalah bobot sampel sebelum analisa Dalam kasus analisa serat, pengujian dapat dilakukan secara konvensional atau dengan menggunakan bantuan alat. Kelebihan dari penggunaan instrumen adalah uji yang lebih efisien dari segi waktu maupun penggunaan reagen per analisa sehingga biaya per analisa relatif lebih rendah. Selain itu, penggunaan instrumen juga lebih memudahkan analis karena praktis, fleksibel serta lebih aman dibandingkan menggunakan cara konvensional sehingga analisa yang dilakukan lebih optimal dan analis ataupun operator yang melakukan pengujian lebih terjamin keamanannya. Oleh karena itu, penggunaan alat hidrolisis serat dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk pengujian serat. Contoh tampilan alat hidrolisis serat ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Contoh Tampilan Alat Pengujian Serat Kasar A Ektraktor Lemak B Hidrolisis Serat Kasar Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa analisa kadar abu dan serat penting untuk label gizi pada produk pangan. Selain itu, analisa kadar abu maupun analisa serat dapat dilakukan secara konvensional maupun cara modern. Namun penggunaan cara modern jauh lebih menguntungkan dibandingkan cara konvensional sehingga penggunaan cara modern dapat dijadikan sebagai alternatif agar hasil uji lebih optimal, efisien dan aman. Referensi Andini, Widya Citra. 2021. Kelebihan Zat Besi, diakses pada Hari Senin Tanggal 18 Juli 2022 Pukul WIB Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia SNI 01-2891 Tahun 1992 tentang “Cara Uji Makanan dan Minuman” Fadri, dr. Rizal. 2020. Mitos atau Fakta Kelebihan Yodium sebabkan Hipertiroidisme, diakses pada Hari Senin Tanggal 18 Juli 2022 Pukul WIB Kaderi, Husin. 2015. Arti Penting Kadar Abu Pada Bahan Olahan, diakses pada Hari Senin Tanggal 18 Juli 2022 Pukul WIB Mulato, Sri. 2020. Jabaran Mutu Kriteria Kopi Bubuk 01-3542-2004, diakses pada Hari Kamis Tanggal 21 Juli 2022 Pukul WIB Nestle Nutrition Institute. 2022. Vitamin dan Mineral yang Berlebihan dalam Makanan Mengakibatkan Jutaan Anak Beresiko, diakses pada Hari Senin, Tanggal 18 Juli 2022 Pukul WIB Santoso, Agus. 2011. Serat Pangan Dietary Fiber dan Manfaatnya bagi Kesehatan, diakses pada Hari Kamis Tanggal 21 Juli 2022 Pukul WIB Tim Food Technology BINUS University. 2015. Mikronutrien Sedikit Tapi Penting, diakses pada Hari Senin, Tanggal 18 Juli 2022 Pukul WIB Previous Article PENENTUAN TOTAL NITROGEN DI WWTP Monday, 11 July 2022 VIEW DETAILS Next Article Water Purifier untuk Industri Minyak Goreng Sawit Friday, 22 July 2022 VIEW DETAILS

ProsesPencarian Ide | 3. Proses Penyaringan Ide Produk Baru | 4. Proses Komersialisasi Produk | 5. 6 Tahapan dalam Perencanaan Strategi Produk } 1. Technical Testing (Pengujian Teknis) Yaitu dengan cara membuat prototipe yang merupakan approximation (perkiraan) produk akhir. Pengujian atas kinerja produk prototipe dapat menghasilkan sejumlah Produk makanan dan minuman tidaklah lepas dari pengujian kualitas, justru pengujian kualitas makanan dan minuman menjadi lebih ketat semenjak pandemi berlangsung. Kebutuhan yang semakin meningkat juga menyebabkan pengujian yang dilakukan haruslah optimal dan efisien baik terhadap hasil maupun waktu analisanya. Salah satu faktor efisien dan optimalnya suatu analisa adalah pemilihan instrument dalam analisa. Lalu seberapa besar pengaruh penggunaan instrumen yang lebih modern dibandingkan instrumen semi atau konvensional pada analisa yang dilakukan? Artikel ini akan membahas instrument yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI nomor 2891 tahun 1992. Makanan bergizi adalah kebutuhan wajib yang harus dipenuhi oleh semua orang. Kekurangan makanan bergizi dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan seperti mudah kedinginan, mudah lelah, penurunan berat badan hingga turunnya daya tahan tubuh. Gizi yang terkandung dalam makanan atau suatu minuman tertentu tentunya tidak lepas dari pemantauan kualitas yang selalu dilakukan oleh produsen. Pemantauan kualitas ini dilakukan dengan melakukan pengujian berbegai parameter pada produk. Adapun parameter uji tersebut disebutkan dalam Standar Nasional Indonesia SNI nomor 2891 tahun 1992, yakni kadar air, kadar abu, protein, lemak, karbohidrat, laktosa, serat kasar, kekentalan, bagian yang tak larut dalam air, kehalusan, NaCl, pH, dan bobot jenis. Penjelasan beberapa pengujian ini dapat simak pada penjabaran dibawah ini. 1. Kadar Air Dalam produk makanan, kadar air berfungsi untuk membentuk dan mempertahankan tekstur makanan, serta berperan untuk menentukan rasa, berat, dan umur simpan dari produk makanan. Jika kadar air berlebih maka tekstur produk akan menjadi lembek, bahkan dapat menyebabkan penggumpalan dan penyumbatan pada pipa selama proses produksi. Semakin besar kadar air dalam produk pangan juga memicu kecepatan bakteri untuk tumbuh yang dapat menyebabkan rusaknya produk. Sebaliknya, jika kadar air dalam suatu produk kurang produk akan cenderung kaku dan mempengaruhi konsistensi produk yang dihasilkan. Estimasi kadar air dari beberapa produk makanan ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kadar Air Beberapa Produk Makanan Nielsen, 2010 No Makanan Kadar Air % 1 Yogurt , tanpa rasa dan rendah lemak 2 Susu, rendah lemak, cair 3 Sereal jagung 4 Mentega asin 5 Biskuit asin Secara umum kadar air ditentukan dengan menggunakan metode termogravimetri thermogravimentry dan titrasi karl fisher Karl Fisher Titration. Metode termogravimetri direkomendasikan dalam Standar Nasional Indonesia SNI serta beberapa official metode seperti pada Association of Official Analytical Chemists AOAC dan Food and Drugs Administration FDA. Pada prinsipnya, metode termogravimetri dilakukan dengan membandingkan bobot sampel sebelum dan setelah pemanasan dilakukan pada sampel. Alat yang digunakan pun beragam, seperti oven, forced draft oven ataupun vacuum oven yang didukung dengan neraca analitik dan desikator, moisture analyzer, microwave analyzer, serta infrared drying oven. Namun dari seluruh alat yang telah disebutkan, alat yang paling umum digunakan adalah oven, forced draft oven ataupun vacuum oven yang didukung dengan neraca analitik analytical balance dan desikator. Alur dari uji kadar air ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan hasil kadar air dapat ditentukan dengan rumus dengan W0 adalah berat wadah g W1 adalah berat wadah dengan contoh g W2 adalah berat wadah contoh uji setelah dikeringkan g Gambar 1. Alur Pengujian Kadar Air dengan Metode Drying Oven Sedikit berbeda dengan metode drying oven, metode termogravimetri juga dapat menggunakan alat berupa moisture analyzer, yang ditujukkan pada Gambar 2a. Metode lainnya, yakni metode titrasi Karl Fisher Karl Fisher titration dilakukan dengan menggunakan alat titrator otomatis karl fisher automatic Karl Fisher Titrator dengan prinsip titrasi reduksi-oksidasi redoks antara iodin dan sulfit dengan media berupa metanol dan piridina. Contoh tampilan alat titrator Karl Fisher dapat dilihat pada Gambar 2b. Perbedaan metode ini dengan metode termogravimetri adalah pada penggunaannya dimana metode ini digunakan untuk bahan - bahan pangan yang sensitif terhadap panas seperti sayuran dan buah-buahan kering AOAC method E-G, cokelat AOAC method kopi panggang, minyak dan lemak AOAC method serta makanan dengan kadar air rendah namun memiliki kadar protein atau gula yang tinggi. Reaksi yang terjadi pada saat proses titrasi karl fisher adalah sebagai berikut Gambar 2. Alat Moisture Analyzer a, Alat Titrator Karl Fisher b Selain metode termogravimetri dan metode titrasi Karl Fisher, terdapat metode lainnya yang direkomendasikan oleh Standar Nasional Indonesia SNI nomor 2981 tahun 1992, yakni metode destilasi refluks. Prinsip metode ini didasarkan pada pemisahan zat azeotropik dengan pelarut organik dengan pelarut xylol dan toluena. Metode ini dapat digunakan untuk sampel seperti rempah – rempah AOAC method keju AOAC method dan pakan hewan AOAC method Namun metode ini masih menggunakan alat – alat kaca glassware sehingga masih bersifat manual dan beresiko untuk keselamatan analis karena rangkaian yang mudah pecah. 2. Kadar Protein Analisa kadar protein penting dilakukan untuk pengisian label nutrisi, penentuan harga pada produk, investigasi fungsi sifat, serta penentuan aktivitas mikrobiologi. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui total kandungan protein, kandungan protein khusus dalam suatu campuran, kandungan protein selama proses isolasi dan pemurnian protein, non-protein nitrogen, komposisi asam amino, serta nilai nutrisi protein suatu produk. Dalam hal ini, Standar Nasional Indonesia Nomor 2981 Tahun 1992 merekomendasikan metode Kjeldahl dan metode formol untuk penentuan protein. Metode Kjeldahl ditentukan melalui 3 tahap, yakni tahap destruksi, tahap destilasi dan tahap titrasi. Pada prinsipnya, metode ini didasarkan pada pengubahan molekul protein menjadi gas ammonia yang ditangkap oleh asam borat dan ditentukan kadarnya dengan cara titrasi. Metode ini menggunakan reagen berupa asam sulfat pekat H2SO4, Kalium Sulfat K2SO4, dan Tembaga Sulfat CuSO4 pada tahap destruksi, sedangkan pada tahap destilasi digunakan reagen NaOH dan Asam borat dan diakhiri dengan menitar destilat hasil destilasi dengan larutan asam dengan indikator tertentu. Larutan indikator yang biasanya digunakan adalah larutan bromkresol hijau bromcresol green dan metil merah methyl red, beberapa literatur juga menyebutkan bahwa indikator phenolphtalein PP dapat digunakan untuk tahapan titrasi metode Kjeldahl. Persamaan reaksi dari keseluruhan tahapan metode Kjeldahl adalah sebagai berikut Metode ini dijelaskan lebih rinci pada artikel sebelumnya yang memuat uji protein pada produk olahan susu dairy product. Terkait alat yang dapat digunakan untuk metode ini, rangkaian alat kaca glassware tetap dapat digunakan. Namun, banyak analis yang setuju bahwa menggunakan peralatan manual ini kurang efisien karena waktu yang dibutuhkan cukup lama baik dalam proses destruksi maupun dalam proses destilasi dan titrasi. Terlebih lagi, titrasi manual dengan menggunakan buret kaca masih berpotensi terjadinya human error berupa kesalahan paralaks serta hasil yang masih berisfat subjektif dan analis masih harus menghitung kadar protein secara manual beserta dengan estimasi ketidakpastian dari analisa yang dilakukan. Hal ini tentunya berbeda jika metode Kjeldahl dilakukan dengan menggunakan instrument modern, yang mana dalam hal ini alat digester Kjeldahl serta Unit Destilator Kjeldahl UDK dapat digunakan, bahkan terdapat Unit Destilator Kjeldahl UDK yang sudah dilengkapi dengan titrator atau analisa dapat menggunakan automatic titrator pada saat tahap titrasi. Perbedaan rangkaian alat manual dan alat modern untuk metode Kjeldahl ini dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Rangkaian Uji Kjeldahl a Secara Manual, b Modern Adapun kelebihan dan kekurangan pemakaian alat manual maupun modern telah dirangkum pada Tabel 2. Dari Tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan instrumentasi modern untuk metode Kjeldahl dapat dijadikan sebagai referensi karena dapat meningkatkan efisiensi analisa pada sisi waktu maupun akurasi analisa. Tabel 2. Metode Kjeldahl Manual vs Modern Parameter Menggunakan Instrument Cara Manual Efisiensi Waktu Relatif lebih cepat dengan estimasi waktu - Tahap Destruksi ±120 menit - Tahap Destilasi ± 5 Menit - Tahap Destilasi dan Titrasi ± 5 menit Relatif lebih lama dengan estimasi waktu - Tahap Destruksi ± 360 menit - Tahap Destilasi tidak dapat ditentukan pasti optimalnya - Tahap Titrasi ± 10 menit Sifat Hasil Titrasi Objektif Subjektif karena berpotensi terjadinya human error seperti kesalahan paralaks Hasil Muncul Angka pada display Alat dalam % protein, N mg, mg Protein Dihitung dengan perhitungan manual Akurasi Tercantum pada spesifikasi Alat Diketahui melalui perhitungan estimasi ketidakpastian Keamanan untuk analis Lebih aman karena dilengkapi dengan adanya protection guard dan alarm pada alat Lebih beresiko pada analis untuk terpapar residu reagen ataupun pecahnya rangkaian alat. Biaya Relatif lebih mahal Relatif lebih murah 3. Kadar Lemak Selain protein, lemak adalah parameter yang penting untuk dipantau karena jika kadar lemak pada makanan terlalu banyak, maka dapat menyebabkan dampak negatif seperti obesitas, kolesterol tinggi, darah tinggi, penyakit jantung koroner dan lainnya. Oleh karena itu, lembaga kesehatan dunia World Health Organization/WHO menghimbau untuk mengurangi jumlah asupan lemak total hingga kurang dari 30%. Dalam penentuan lemak, salah metode yang direkomendasikan dalam Standar Nasional Indonesia SNI nomor 2891 Tahun 1992 adalah metode ekstraksi pelarut atau sering disebut sebagai metode Sokletasi. Metode ekstraksi ini dilakukan dengan merendam sampel menggunakan pelarut murni dalam suatu siklus tertentu. Metode ini juga menganut prinsip gravimetri dengan membandingkan bobot sebelum dan setelah proses ekstraksi dan pengeringan menggunakan oven. Rumus yang digunakan untuk menentukan kadar lemak dapat ditulis sebagai berikut Meski metode ini sangat umum digunakan, namun metode sokletasi masih tergolong manual, yakni dengan menggunakan rangkaian alat kaca glassware dan hotplate/ heating mentle. Rangkaian alat kaca tersebut terdiri dari labu alas bulat, tabung soklet, batu didih dan kondensor yang dapat ditunjukkan pada Gambar 4. Pada Gambar 4 juga dapat dilihat 1 siklus dalam proses ekstraksi sokletasi. Keseluruhan proses sokletasi ini biasanya dilakukan selama ± 6 jam. Namun hal ini kuranglah efisien jika sampel yang diterima analis terlampau banyak. Tentunya penggunaan instrumentasi modern sangat membantu untuk kebutuhan ini. Gambar 4. Rangkaian Alat Sokletasi Dengan penggunaan instrument, waktu ekstraksi secara keseluruhan yang dibutuhkan hanyalah berkisar ± 2 jam yang mana metode ini disebut sebagai metode Randall. Sedikit berbeda dengan metode sokletasi, metode ini berprinsip pada perendaman pada pelarut panas sehingga ekstraksi Metode ini terdiri dari 3 sampai 5 tahap, yakni tahap perendaman immersion, tahap pencucian washing, tahap pemulihan pelarut serta tahap tambahan seperti tahap pengangkatan sampel removing dan tahap pendinginan. Penjelasan lebih detail terhadap metode ini dapat dibaca pada artikel sebelumnya. Selain efisiensi waktu, keuntungan lainnya adalah pelarut yang digunakan lebih sedikit, pelarut yang telah digunakan pun dapat digunakan untuk jenis sampel yang sama, ekstraksi dapat dilangsungkan pada 3 sampai 6 sampel berbeda, dan lebih aman untuk analis. Adapun keseluruhan tahapan dari pengujian lemak ini ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5. Tahapan Pengujian Lemak dengan Metode Ekstraksi Pelarut 4. pH PH adalah derajat keasaman suatu material atau minus dari logaritma konsentrasi ion hidrogen yang terkandung dalam sampel. Parameter ini sangatlah penting untuk dipantau karena pH merupakan tolak ukur kondisi munculnya kontaminasi bakteri, jamur ataupun mikroorganisme lainnya pada produk yang dapat menyebabkan kerusakan pada tekstur, perubahan rasa, maupun gizi produk terkait. Dalam pengukuran pH sampel makanan dan minuman, disarankan dalam Standar Nasional Indonesia SNI Nomor 2891 Tahun 1992 untuk menggunakan alat pH meter. Namun, perlu menjadi catatan untuk seluruh analis bahwa perlakuan pengujian pH pada setiap sampel makanan dan minuman tidaklah sama. Hal ini dikarenakan setiap makanan dan minuman memiliki variasi bentuk maupun kandungan yang berbeda – beda sehingga kebutuhan elektroda pengukur pH dari masing – masing jenis makanan pun berbeda – beda. Lalu apa yang terjadi jika elektroda yang digunakan tidak cocok incompatible pada makanan yang hendak diuji? Hal ini tentunya dapat menyebabkan pembacaan lambat, siklus dalam elektroda yang tidak teratur akibat terblokadenya junction pada elektroda, atau bahkan dapat menyebabkan munculnya error pada display karena tidak dapat terbacanya aktivitas ion hidrogen H+ pada sampel. Sebagai contoh, pengukuran pH pada produk olahan susu dairy products seperti susu cair membutuhkan elektroda khusus yang memiliki tipe junction annular sleeve sure-flow, sedangkan produk keju lebih disarankan untuk menggunakan elektroda dengan tipe junction keramik ceramic dengan ujung yang tajam spear tip. Hal ini karena partikel – partikel teremulsi pada susu yang bergerak dapat mengakibatkan tersumbatnya atau terblokadenya junction pada elektroda jika elektroda yang digunakan tidak sesuai. Lebih jauhnya terkait pengujian pH pada sampel makanan dapat dibaca di artikel “Uji pH pada Makanan”. Sebelum pH meter digunakan pada sampel, alat harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan buffer pH. Larutan pH yang dapat digunakan untuk kalibrasi pH meter pun beragam, yakni dapat menggunakan larutan buffer dengan kode warna buffer color coded atau menggunakan buffer tipe IUPAC. Kalibrasi dapat dilakukan dengan menggunakan 2 sampai 5 titik kalibrasi, bergantung pada regulasi yang diacu oleh analis yang bersangkutan. Namun, titik kalibrasi yang umum digunakan adalah pada pH dan Adapun contoh alat pH meter beserta larutan buffer pH yang dapat digunakan ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6. Alat pH meter beserta larutan buffer pH Dalam segi perawatan dan penyimpanan, elektroda yang diperuntukan untuk sampel makanan dan minuman haruslah segera dibersihkan setelah digunakan. Hal ini untuk mencegah tertinggalnya residu sampel pada badan elektroda khususnya pada bagian balb. Jika terdapat residu yang tertinggal pada balb elektroda, maka elektroda tersebut harus dibersihkan menggunakan cairan pembersih khusus elektroda, yakni dengan merendamnya dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan petunjuk yang diarahkan. Untuk penyimpanan, selalu simpan elektroda dengan posisi balb elektroda terendam dalam larutan penyimpan storage solution sehingga balb elektroda tetap terhidrasi dengan optimal. Referensi Appoldt, Yvonne dan Gina Raihani. 2017. Determining Moisture Content, diakses pada Hari Jumat Tanggal 2 Juli 2021 Pukul WIB Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standard Nasional Indonesia Nomor 2891 “Cara Uji Makanan dan Minuman” Food and Drugs Administration. 2014. Water Activity wa in Foods, diakses pada Hari Selasa Tanggal 6 Juli 2021 Pukul WIB Nielsen, 2010. Food Analysis Fourth Edition. West Lafayette Springer Thermo Scientific. 2014. Application Note Measuring pH of Non Aqueous and Mixed Samples. Thermo Scientific. 2014. PH Measurement Handbook. Velp Scientifica. 2015. Application Note Crude Fat Determination in Meat Products. Italy Velp Scientifica Company
\n\n\n proses pengujian produk makanan
Penentuanumur simpansuatu produk bisa dilakukan dengan berbagai metode pengujian. Perubahan mutu suatu produk bisa diukur dari perubahan secara fisik, kimia maupun dari tingkat penerimaan secara sensori. Nilai perubahan ini dikorelasikan dengan faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik produk yang memungkinkan terjadinya penurunan mutu.
Posted by haryvedca on July 7, 2010 I. PENDAHULUAN Organisasi pangan dan pertanian PBB FAO pada tahun 1984 menerbitkan suatu seri pedoman pengawasan mutu makanan “Manual 14/5, Food inspection yang digunakan sebagai pedoman pemeriksaan makanan. Pedoman tersebut memuat uraian tentang pengambilan sampel makanan dan teknik pemeriksaan pabrik yang sangat bermanfaat sebagai bahan pelajaran teknik pengambilan dan pemeriksaan contoh. Indonesia melalui Departemen Perindustrian telah mengadopsi pedoman pengambilan contoh yang dikeluarkan oleh FAO dan telah disahkan oleh Badan Standarisasi Nasional BSN yang terdiri dari dua jenis yaitu SNI 0429-1989-A tentang Petunjuk Pengambilan Contoh Cairan dan Semi Padat dan SNI 0428-1989-A tentang Petunjuk Pengambilan Contoh Padatan. Dikarenakan pengambilan sampel dalam pengujian produk pangan adalah penting maka pengambilan sampel dimaksukkan dalam salah satu prinsip Good Laboratory Practice GLP. Beberapa faktor penting dalam pengambilan contoh meliputi Petugas Pengambil Contoh PPC, prosedur pengambilan contoh, alat pengambil contoh dan administrasi pengambilan contoh. Modul Pengambilan Contoh ini dimaksudkan untuk memberikan prinsip-prinsip umum petunjuk untuk pengambilan sampel dan pengetahuan teknis mengenai pengambilan sampel sesuai dengan referensi baik yang bersumber pada FAO, BSN ataupun referensi lain. Penyusunan model pengambilan contoh ini didasarkan pada Standar Kompetensi Kinerja Nasional Indonesia SKKNI Kode Unit dengan Judul Unit Menetapkan Program Sampling. Pengambilan sampel dalam modul lebih diarahkan pada pengambilan sampel untuk tujuan inspeksi produk pangan. b. Tujuan 1. Peserta pelatihan dapat menetapkan program sampling sesuai dengan standar pengambilan sampel SNI pengambilan Sampel, MILSTAND 105 E atau Codex AQL 6,5 2. Peserta pelatihan dapat menerapkan program pengambilan sampel untuk pengambilan sampel produk pangan bahan padat. This entry was posted on July 7, 2010 at 851 am and is filed under Pengujian Mutu. Tagged Pengambilan sampel, Pengambilan sampel dalam pengujian produk pangan, produk pangan, sampel dalam pengujian. You can follow any responses to this entry through the RSS feed. You can leave a response, or trackback from your own site. Pengujianproduk adalah proses pemastian kualitas sampel produk terhadap suatu persyaratan standar tertentu. Laporan pengujian hanya berlaku untuk sampel yang diuji, tidak mewakili keseluruhan produk. Sucofindo melayani pengujian diantaranya untuk Pengujian pangan, kosmetika, produk pertanian, mineral, migas, dan produk konsumen lainnya

Penyaringanatau pemilihan ide produk. Pengembangan dan pengujian konsep. Menyusun strategi pemasaran. Melakukan analisis bisnis (business analysis). Mengembangkan dan menyempurnakan produk. Uji pemasaran (skala kecil). Memasarkan produk dalam skala besar (komersialisasi). Baca juga: 7 Tips Branding Produk Makanan Agar Dikenal Banyak Orang

ProsedurPengajuan Permohonan Pengkajian Jenis Permohonan 1. Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi, Manfaat dan Label Pangan Olahan A. Kerangka Prosedur Keterangan: Perhitungan waktu dimulai sejak surat permohonan pengkajian dinyatakan lengkap pada proses verifikasi berkas sampai dikeluarkannya surat jawaban. B. Prosedur Pelayanan 1.

Samplingdan Pengujian Produk Pangan Sebagai upaya dalam memastikan keamanan suatu produk pangan, terdapat serangkaian pengujian untuk memastikan mutu produk sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dalam menjamin keamanan suatu produk pangan ini, peran laboratorium pangan menjadi sangat penting.
1XzuE.